Hujan selalu
membawa berkah pada hati yang mencinta. Hujan memberikan kedamaian sekaligus
kebahagian pada jiwa yang tengah dimabuk asmara. Dan kali ini, hujan bikin aku dan kamu menjadi satu di bawah
teduhnya payung yang kau genggam untuk melindungiku dari rintiknya. Malam
mingguku serasa seperti di awang-awang. So sweet deh pokoknya.
***
Hari ini, tak kuduga
bisa bertemu denganmu di rumah sakit. Kamu sedikit beda, terlihat kurus. Tapi tetap
sama bagiku, masih terlihat maskulin. Seperti biasa, kita selalu bermain
isyarat, entah dengan bahasa tubuh atau hanya dengan tatapan mata. Kamu lelaki
yang paling romantis yang pernah aku kenal. Setidaknya itulah yang aku lihat
dari sosokmu yang misterius.
Kamu selalu memerhatikan setiap kebutuhanku
dan menanyakan perihal apapun selama kita tak bertemu. Apakah aku baik-baik
saja di rumah? Bagaimana makanku? Bahkan, kamu juga sempat menanyakan bagaimana
liburanku di Indonesia kemarin?
“Tentu tak seindah
dengan apa yang kamu bayangkan. Indonesia panas dan kulitku belum bisa
beradaptasi di sana.“ Kamu hanya tersenyum dan menyarankanku untuk selalu
memakai lotion saat cuaca panas. Aku hanya mengangguk dan mengikuti langkah
kakimu sesaat setelah memastikan kakek tidur.
Berjalan berdua
saja denganmu adalah hal yang selalu aku harapkan. Dan hari ini, semua itu
menjadi nyata. Sepanjang jalan, aku tak mampu menahan semua kegembiraan ini. Ah,
mungkin aku hanya sedikit baper. Tapi bagaimana lagi, Tuhan selalu punya
rencana yang indah buatku.
“Minggu depan
kamu mau jadi libur?” tanyamu. Ada perasaan khawatir di raut wajahmu, mengingat
kakek masih ada di rumah sakit.
“Iya, Cuma mau
lihat hasil lomba. Belum tahu menang atau tidak. Tapi jangan khawatir, selepas
lomba aku langsung ke rumah sakit,” kataku mendamaikan perasaanmu. Aku tahu ada
kelegaan tersendiri di hatimu.
Tak berapa lama
kita berjalan, gerimis pun datang. “Ah, sial,” umpatku dalam hati. “Kenapa
harus datang di saat seperti ini?”
Kamu mengajakku
berlari, menembus gerimis yang semakin lama rintiknya semakin deras saja. Aku
terus mengikuti langkah kakimu yang panjang. “Ah, nggak jadi romance. “ Aku terus menatap
langit. Merasakan rintiknya menyentuh wajahku. “Kenapa di saat seperti ini
langit tidak pernah bisa bersahabat denganku.”
AKu tahu kamu
menatapku cemas. Kamu tahu tubuhku rentan sekali terhadap serangan hujan. “Kita
berteduh dulu.” Aku mengangguk dan mengikuti saranmu. Dan di luar dugaan, kamu
berlari menembus hujan dan menyuruhku untuk tetap menunggu di tempatku. Tak ada
lima menit kamu kembali dengan sebuah payung yang baru saja kamu beli di toko
yang tak jauh dari tempatku berdiri. “Ayo
pulang!” ajakmu.
AKu pun mengangguk.
Ah, tak ada yang seromance ini di saat
hati tengah dirundung kegalauan. Aku berucap hamdalah berulang kali. Tuhan
selalu menyelipkan kebahagiaan di setiap kesusahan. Bukankah begitu? Dan ya,
hari ini aku merasakannya. Kebahagiaan-Nya di balik hujan. Sungguh, selalu ada
hal tak terduga yang Tuhan selipkan buat kita. Apakah kita sudah merasa bahagia
dan bersyukur hari ini?
Sepayung berdua,
siapa yang menduga hal itu terjadi pada kita. Sepanjang perjalanan pulang, tak
henti-hentinya bibir ini merekah. Kamu
tahu bagaimana perasaan hatiku. Hati ini rasanya penuh bunga yang bermekaran.
Ingin rasanya berteriak, “Terima kasih Tuhan atas berkahmu.” Kamu sungguh melindungiku dengan caramu.
***
“Teriima kasih,”
ujarku setelah kita sampai di rumah. Kamu hanya mengangguk dan tersenyum.
Senyum yang mampu membuat jemari ini bisa merangkai kata. Kata cinta yang
terpendam. Yang tak bisa dipersatukan karena terbentur oleh tembok penghalang
yang menjulang hingga menembus langit ke tujuh. Aku bersyukur, walau kita tak
mungkin bersatu, setidaknya aku bahagia bisa mengenalmu.
Terima kasih buatmu.
Yang hingga detik ini menjagaku di sini. Di kota yang jauh dari kekasih hatiku.
Jika nanti hari itu datang, setidaknya aku tak akan
cemburu, karena jauh di ujung sana, sudah ada seseorang yang tengah menungguku
dengan setia dan seiman tentunya.
***
Sebuah kisah nyata yang baru aku alami bebarapa jam sebelum tulisan ini aku buat. Semoga kelak, kamu bisa membacanya. Andai tadi ada yang bisa memfoto kita dari belakang, mungkin foto ini nggak akan kucuri untuk pelengkap blog ini. Ah, tak apalah ya, semoga kelak kita bisa berfoto berdua saja.