Selasa, 10 September 2019

Flash Fiction : Perempuan Yang Menginginkanku Mati

Aku tidak tau jalan pikiran apa yang merasuki perempuan ini hingga keukeh ingin membunuhku. Cairan yang tak kuketahui namanya itu, nyaris ku sesap. Beruntung, seseorang yang bersamanya malam itu mencegahnya. Menampar pipinya berulangkali. Suara tamparan itu cukup terdengar di telingaku. Dia menangis. Memeluk lututnya. Menyesal.

Tapi, itu hanya sesaat.

Dia kembali mencari tempat yang tepat untuk membunuhku. Sepanjang malam, dia terjaga di depan layar monitornya. Aku bisa merasakan kegelisahan itu. Perempuan ini, sesekali mendengus kesal. Mengumpat entah kepada siapa.

Aku cukup tau rasa itu.

Rasa tak diinginkan.

Rasa ingin disisihkan.

Malam kelima, sejak pertemuannya dengan seseorang itu, aku mendengar dia menelpon seseorang. Aku pikir orang lain. Nada suaranya lebih tegas.

“Jangan, aku bisa membantumu.”

Itu kata yang kudengar sebelum akhirnya telpon genggam itu dibanting. Dia mengumpat sejadi-jadinya.

“Sial. Kenapa kau harus datang dikehidupanku,” umpatnya sambil memukuliku.

Satu.

Dua.

Tiga.

Aku menghitungnya. Pukulan itu keras sekali. Tapi setelah itu, dia kesakitan. Perempuan ini menangis dan tak henti-hentinya menceracau. Tangisan ini, adalah tangisan terpanjang yang pernah ku dengar.

Lalu, beberapa menit berselang. Aku mendengar suara sirene itu. Perempuan ini dibopong ke ambulance. Dan lima belas menit kemudian. Kami sampai di sebuah rumah sakit terbesar di kota ini.
Beberapa orang beseragam putih menghampiri kami. Memeriksa perempuan yang kini tergolek lemah. Memasang alat yang tak kuketahui kegunaannya. Dan membawa kami ke ruangannya yang terisi peralatan medis.

“Dia harus segera ditangani,” kata salah seorang yang berdiri di sisi ranjang kami.

Perempuan ini terlelap. Aku tak bisa membangunkannya dari tempatku meringkuk. Obat bius itu terlalu kuat. Rasanya telah mempengaruhi kesadarannya.

Beberapa pasang mata terlihat menunduk. Seperti tengah berdoa. Mereka mulai bekerja. Cukup cepat. Aku bisa merasakan darah itu mengalir dari jalan kehidupan. Dan tak berapa lama, Aku dipaksa mereka untuk keluar.

Aku tak berontak.

Aku tak menangis.

Sungguh.

Aku telah mengikhlaskan apa yang sudah tergaris.

Sekalipun, aku tak pernah marah atas apa yang diperbuat perempuan ini. Karena kejadian apapun yang terjadi baik terhadapku maupun orang lain, pastilah menjadi jalan terbaik sesuai dengan ketetapan-Nya. Dan ini, adalah jalan terbaik yang telah dipilih Tuhan untuk kami.

Perempuan ini adalah calon ibuku. Walau saat ini dia membenciku dan sama sekali tak menginginkanku ada. Tapi Aku yakin, kelak, di suatu masa yang entah, dia akan mengingatku sebagai seseorang yang pernah ada dan bersemayam di dalam rahimnya.

Mungkin.

Saat ini.

Dia bahagia.

Walau harus, mengorbankan rasa dari anaknya.

Ya, aku.

Aku yang terlahir, dari tumpahan mani yang berlomba menuju rahim ibuku.

Aku yang terlahir dengan luka menyayat. Tak hanya tubuhku. Tapi juga hatiku.

Aku yang terlahir dari ketidakinginan perempuan ini.

Aku yang terlahir dari nafsu sesaat yang mereka perbuat.

Aku yang terlahir dari perempuan yang menginginkanku mati.

Ya, sekali lagi itu aku.

Cerita ini Aku buat setelah seseorang menanyakan alamat seorang dokter yang tentu aku sendiri tak mau memberikannya. Sekalipun aku tau dan paham di mana tempat mereka praktiknya.


Beberapa minggu lalu, bahkan aku sempat sudah mau mengepost tempat itu di laman blogku. Tapi entah kenapa, tulisan itu mendadak eror. Aku bahkan tak menyimpan salinannya. Ya mungkin, DIA tak mengijinkan aku menulis tentang itu.


Seharian ini, aku dihubungi beberapa orang yang setelah berinteraksi ternyata orang tersebut ingin melakukan pembunuhan terhadap darah dagingnya.


Aku bisa merasakan, seseorang itu kini tengah frustrasi. Bingung atau entahlah. Namun, jika kalian membaca ini. Yakinilah, seseorang itu hanya akan menggunjingmu pada masa ketika kalian berada di titik kealpaan. Jika kelak kalian bisa berdikari, aku sangat yakin. Orang yang menggunjingmu berbalik hati mencintaimu.


Tin Shui Wai, 11 September 2019.

Readmore → Flash Fiction : Perempuan Yang Menginginkanku Mati

Featured Post

SEMUA TENTANG MAS KER