Ini hasil kreasiku semalam, PanMinTan (mie plus telur di
goreng di wajan Pan). Nggak ada yang special memang hari-hariku dengan masakan
yang cukup dibilang ala kadarnya. Tak nikmat kata orang jika makanan yang
kumakan ini berada dalam mulut mereka. Ah, sudah tak pernah kupikirkan. Aku
hanya takut jika kelak kamu tak suka dengan apa yang aku buat.
Bukannya aku malas memasak. Tapi hal yang satu ini memang
jarang kulakukan, Sayang. Mamak dan Bapak pun tak pernah menyuruhku untuk pergi
ke dapur dan memegang Uleg-an. Mereka hanya menyuruhku mencuci dan membereskan
barang-barang yang sudah kotor saja. Pun tak pernah marah bila akhirnya, aku
tak kunjung juga memberikan masakan yang terbaik untuk mereka. Karena bagi
mereka, cukuplah aku membantu membersihkan rumah dan belajar mengerjakan yang
lain. Itulah alasannya kenapa mereka tak pernah menuntutku untuk bisa memasak.
Aku adalah wanita yang tangguh tapi tak cukup bisa melakukan
bab Perdapuran.
Itulah kenyataannya. Beberapa sohib yang pernah mengenalku
juga sering bilang, “wong wedok iku kudu iso masak.” Aku tahu makanan memang
hal penting yang harus kita siapkan agar tumbuh kembang kamu dan anak-anak kita
nanti bisa terjamin. Tapi sekali lagi, maafkan aku. Karena sampai detik ini,
aku masih belum bisa mempersembahkan sesuatu yang layak untuk dihidangkan
untukmu.
Kamu selalu bilang “nggak masalah. Aku orang yang simple dan
nggak terlalu banyak menuntut seseorang yang aku sayang menjadi bukan dirinya.
Pun aku tak suka memaksa. Semua bisa kita lakukan bersama. Aku yang masak, kamu
yang mencuci atau yang mengurus anak.”
So sweet kan?
Yah macam drama-drama Korea gitu. Cowoknya pan romance
banget tuh. Jalan aja pake dijagain. Makan kadang disuapin. Duh, cewek Korea
asli dimanja banget deh ma pasangannya :v itu Cuma ada di televise deh
kayaknya. Nggak tahu asline cemana. Rasanya emang seribu satu, pria macam ini. Yang
nggak bakal kamu dapetin di loakan. Eh emang manusia itu barang,
Tentang kamu yang nantinya jadi bagian hidupku. Pelengkap di
mana rusuk ini akan bersandar. Maafkanlah daku jika seandainya kelak, aku tetap
tak jua bisa masak. Berharap kamu tak banyak menuntutku untuk urusan yang satu
ini.
Terima kasih telah banyak memberiku waktu untuk bisa
bersamamu. Menyulam cerita rindu tak terbatas waktu.
Sayang, sekali lagi maafkan aku jika kelak aku tak bisa
masak.
waaaah jadi laper nih perut....
BalasHapus