Selasa, 28 Juli 2015

Sup Cindil Tikus Dan Sup Ular

Sup Cindil Tikus Dan Sup Ular

Desember 2011 lalu, saat aku pertama kali kerja di rumah majikan keduaku ini, aku menemukan sebotol barang keramat yang umurnya hampir sama dengan umurku saat itu, dua puluh empat tahun. Kala itu aku nggak begitu ngeh dengan benda keramat ini. Aku pikir, hanya sebuah pengawetan hewan yang biasa dilakukan oleh orang-orang yang mungkin ingin mengabadikannya. Ternyata usut punya usut, barang itu memang sengaja disimpan oleh Kakek dan baru ketahuan saat aku datang ke rumah ini.
Horor, begitulah aku menyebutnya. Benda dalam botol ini bukanlah Jin atau bangsa dedemit yang menghasilkan banyak duit. Ini adalah cindil alias anak tikus yang baru lahir dan di awetkan bersama arak dan nantinya bakal dibuat sup atau hanya diminum airnya saja sebagai obat kuat.  Setidaknya itu penjelasan dari kakek.
Soal rasa? Ah jangan ditanyalah. Bikin mabok sembokl maboknya. Kamu bisa membayangkan, tikus mati yang diawetkan bersama arak yang umurnya hampir sama dengan umurmu saat ini. Kalau anggur sih nggak sebegitu masalah ya. Karena dalam fermentasi, semakin  lama masanya, semakin enak dan nikmat saat meminumnya.
Pada tahun itu pun, aku sempat mengoktak  Mamak dan menceritakan hal ini. Seketika itu juga, Mamak langsung kena serangan Morning Sick. Wes macam orang hamil itu ae. Aku dengerinya sampai nggak tega. Mungkin juga Mamak ketika  itu keingetian dengan cindil-cindil tikus yang memang menjadi penghuni tambahan di rumahku. Sekalipun telah di usir dan dibasmi menggunakan racun yang dosisnya melebihi  takaran, tetap saja itu Ibu tikusnya beranak pinak. Malah semakin banyak. Ibarat kata sih ya,  mati satu tumbuh sejuta. Apa kalian tahu? Tikus itu sekali melahirkan bisa sampai 10-15 ekor. Dulu, pas jamanku masih SMP ada sebuah penelitian yang menyebutkan bahwa untuk mengurangi tingkat kesuburan kalian (ibu-ibu) bisa meminum atau mengkonsumsi sari pati dari pohon Jarak. Entah daunnya atau getahnya aku lupa sih. Yang melakukan reset ketika itu orang Bojonegoro.  Dan sebagai bahan percobaanya ya tikus ini. Karena hewan yang satu ini sanggat produktif dan subur kandungannya. So, buat ibu-ibu yang nggak pengen hamil, nggak usah deh suntik KB atau minum pil-pil itu. Salah-salah tambah bedah alias rusak di tubuh.

Kembali ke cindil tikus, sore tadi selesai  pulang membeli melon, aku tak sengaja lewat di depan kios penjualan sup cindil dan ular yang letaknya tak jauh dari rumahku. Belakang MC, tepat di jalan Hoi Pa Street (Tsuen Wan) atau kalau yang ada di atau tepat di kanan kios ikan dan kura-kura langgananku. Tokonya kecil, 1x2 m perkiraanku. Tadi sih pengennya foto buat jadi bukti tentang ceritaku ini, biar nggak disangka hanya bualan belaka. Tapi sayangnya sama pemilik took ndak boleh.  Maklumlah nggak pengen terkenal mungkin. Kan siapa tahu, dengan aku mempubliskannya ada warga sekitar yang tertarik untuk membelinya. Walau mungkin mereka nggak paham betul dengan tulisanku ini. Seenggaknya kan bisa di translate sama Eyang Google.

Tentang sup ular, atau ular itu sendiri sih ya jelanya udah pada tahu ya. Kalau makan ular itu bisa mempercantik dan meremajakan kulit. Bagus katane buat kulit-kulit kita. Orang Cina suka sama makanan yang satu ini, walalu hanya sebagian saja. Mulai dari rasanya yang enak dan empuk banget, soalnya tanpa tulang. Nggak kalah deh sama KFC atau sejenisnya. Haram loh katanya makan ular sih. Spalnya ular kan bertaring. Tapi nggak tau juga sih bagi mereka yang doyan dan buat jamu. Urusan mereka sama Tuhan. Biarlah yang di Atas memberikan petunjuk bagi mereka. Kita orang awam mah ndak perlu ikut-ikutan,

Harga? Jangan ditanya jugalah. Mahal banget. Tadi diplakatnya ditulis $300-$800. Nggak tahu juga sih, ini untuk yang ular atau cindil tikus tersebut. Wong pas ditempelnya di toples cindil itu sih. Tadi juga pas lihat di toko itu, dua orang lelaki dan perempuan tengah menikmati dengan lahap supnya. Aku nggak berani memfoto mereka lah. Ntar malah dituntut hokum karena menyebarkan sesuatu yang tanpa seijin yang empunya. So, fotonya cukup botol keramat ini saja ya. Sudah habis sih isinya. Botolnya pun telah berpindah tempat. Ya semoga saja para tikus-tikus itu nggak berontak karena bayi yang mereka lahirkan dibuat sup oleh bangsa manusia.
Andai si Akoh dekat sama rumahku, tak suruh angkutin bayi-bayi tikus tanpa bapak yang tak bertanggung jawab itu untuk diawetkan. Pan lumayan :v Tapi ya takut dosa sih ya.  Kitanya jadi pembunuh bayi-bayi yang tak bersalah. Eh.

Yaudah….berhubung telah panjang dan hari telah kelewat malam, kuakhiri cerita ini sampai di sini saja ya. Semoga apa yang kita dapatkan hari ini menjadi pencerah di  keesokan hari.

Selamat Malam Hongkong, Aku masih menyetiakan diri di sini memandangi apa yang seharunya kujalani.
Bayi Tikus yang telah di awetkan selama 24 tahun
Readmore → Sup Cindil Tikus Dan Sup Ular

Senin, 27 Juli 2015

Produk Gagal Nyawang Paint Tool Sai

Produk Gagal Nyawang (Melihat_)
Kecewa berat? itu pastilah. Apalagi saat project yang kita kerjakan gagal jadi. Alias kurang sempurna seperti apa yang kita bayangkan. Aku selalu menginginkan yang sempurna sebenarnya. Bagus dan terlihat inspiring banget di mata orang. Tapi itu semua hanya sebatas khayalan toh?

Nyatanya apa yang kita buat selalu tak bisa bagus dan sempurna seperti bayangan kita sebelumnya. Mungkin terlalu semangat atau malah karena kita tidak konsen pada apa yang telah kita buat. Contohnya pada gambarku kali ini. Untuk yang kesekian kalinya aku nggak begitu teliti. DUh.....

Waktu sketsa gambar, aku pikir semua sudah pas. Tapi semua kesalahan justeru terlihat saat semua telah selesai kubuat. Puyeng dah....Bagaimana tidak toh.... Ngepasin antara Curve (line) pada sketsa yang telah ada itu rada membuat mata meriang. eh ditambah lagi pas sudah jadi LineWorkku ada dua macam -_- mumet-mumet deh.

Nah, aku pun juga membuat Curve dikedua LineWOrk tersebut. Walhasil pas waktu di Magic Wan semua yang nggak terseleksi di LIneWork satu jadi gabung di LineWork dua. Ya jadinya kayak gambar di atas tadi.  Saking gagalnya, jadi nggak semangat dan tambah asal-asalan.

Sejatinya, gambar itu buat kawan-kawan yang gagal move on dari status jomblo sih. La tapi jadi aneh gitu.....

Haiya.... bikin mata sepet plus ngantuk jadinya. Semoga besuk-besuk lebih bisa teliti lagi.

#I love Drawing










Readmore → Produk Gagal Nyawang Paint Tool Sai

Minggu, 26 Juli 2015

Kreasi Dengan Paint Tool Sai



Paint Tool Sai adalah sebuah software animasi yang sangat mudah untuk dipelajari. Beberapa hari ini, aku sudah membuktikannya. Sejak diberi  tahu oleh sahabatku di Facebook Suhu Dony, aku langsung mencari software ini dan langsung mendownloadnya. Pertama menggunakannya sih puyeng juga. Maklum baru semingguan ini, aku paham betul tentang toolnya.

Ternyata nggak begitu sulit untuk mempraktekkannya. Kuncinya memang harus sabar, banyak membaca dan prakteknya yang penting. Ada beberapa kendala yang kutemui dalam mengaplikasikan software ini untuk beberapa hari. Pasalnya ya itu, apa yang aku pengen nggak bisa sempurna seperti yang ada di tutorial yang pernah aku baca. Jadinya ya hanya mengendap begitu saja. Ada yang failed juga dan kubiarkan terbengkalai.

Mungkin karena si pembuat tutorial ini tidak menjelaskan satu persatu dalam setiap postingannya. Hanya gambar yang harus kita perhatikan secara teliti. Salah satu aja, ya bisa nggak jadi. Seperti penggunaan Magic Wan misalnya. Aku beberapa kali nggak ngerti kenapa sewaktu menyeleksi seluruh gambar biru semua. Kata yang membuat tutorial sih bilang kalau pas di lineworknya ada yang bolong alias kurang linenya. Tapi tidak begitu kenyataannya. Karena kesalahan terjadi pada layar yang kita pilih salah.

Seharusnya, saat kita memakai Magic Wan, kita harus memastikan kursor berada pada Linework dulu. Setelah itu, baru deh kita menggunakannya Magic Wan-nya. Untuk kekurangan penyeleksiannya, bisa klik CTRL lalu seleksi deh. Dan baru kita pindah ke layar baru yang telah kita buat (misalkan layar mata) untuk penggantian warna.

Contoh bisa dilihat di bawah ini.

Hasil saat aku memilih Layer Mata

Klik Layer Linework Dulu Lalu Pilih Magic Wan



Hasil Setelah Terseleksi




Tara.................... Dan Jadilah


Dan ini juga beberapa yang telah aku buat sendiri, hihihi walau belum sebagus mereka sih. Yang jelas ingin banyak lagi berlatih dan membaca. Karena hanya dengan hal tersebut, kita bisa.



Kelar Semalam

Baru Buat Hari Ini

Ini Pas Pertama Kali Buat mata.....


Kayau


Readmore → Kreasi Dengan Paint Tool Sai

Selasa, 21 Juli 2015

Simple Desain From Me with Corel Draw x4 dan Photoshop CS6

Hari ini, iseng-iseng buat kartu nama dan logo untuk diriku sendiri. Masih niru desain orang lain sih. Tapi pure, hasil tangan sendiri.Ternyata belajar desain itu mudah. Nggak sesulit yang aku bayangkan waktu aku masih sekolah dulu. Terlalu banyak teori ini dan itu. Ah, bikin pusing pokoknya. Yang jelas, saat ini aku begitu menikmati apa yang aku jalani saat ini. Dengan menggambar, bermain dan mendesain sesuatu sambil belajar mendalaminya lagi.

Dulu aku sempat bingung mengoperasikan Corel Draw. Yah, selain sudah tidak suka dengan pelajarannya, tentu dengan gurunya pun demikian. Sudah dijelasin sampai gurunya berbusa pun tetap akunya tidak paham. Dan hingga sekaranglah aku mulai menyukai Corel Draw lagi. Lucu, hanya beberapa kali membaca panduan yang ada di Internet, aku dengan mudah bisa menghapal tata letak (tool)  yang harus aku pergunakan. Nggak terlalu sulit sih,

Kenapa ya, dulu saat pelajaran ini rasanya ilmunya tidak ada satu pun yang masuk di orakku. Duh, tahu gitu pas teori aku pasti dapat nilai bagus. Memang sih pas, Prakter Kerja Industri nilaiku lumayan dari teman-teman yang lainnya, tapi ya tetap saja, teorinya yang rada sulit aku kerjakan. Apa mungkin karena aku kurang membaca ya dulu?

Ah, yang penting aku lulus sekolah dan walau pada akhirnya aku harus mbabu keluar negeri. Dan masa-masa yang kuinginkan terenggut begitu saja. Beasiswa, kampus, semuanya hanya angan yang lewat sepintas dari jarak pandang mata ini.

Tapi nggak mengapa, aku tetap bersyukur. Karena sampai detik ini masih diberi kesempatan oleh Tuhan untuk terus belajar mendalami Desain grafis. Siapa tahu, kelak ada perusahaan atau bisa membuka usaha percetakan sendiri di rumah. Amin.... Berdoa di sini tak mengapalah... siapa tahu malaikat mencatatanya dan Tuhan mengabulkan apa yang aku pinta.

Ini hasil karya hari ini. Walau nggak sebagus aslinya sih
Kartu Nama

Simpel Logo

Corel Draw X4 dan Photoshop CS6
Readmore → Simple Desain From Me with Corel Draw x4 dan Photoshop CS6

Jumat, 05 Juni 2015

Indonesia Memang Hebat (Heboh Beras Plastik)


Indonesia itu memang hebat. Apa saja bisa ditemukan di negeriku. Dari tikus-tikus berdasi- ini tikus pemakan uang rakhyat- hingga duo srigala yang eksis memamerkan anunya di tipi-tipi. Wes segalam macam binatang semua tumpah ruah di bumi pertiwi. Nggak ada yang bisa dijadikan pilihan sebenarnya.

Beberapa bulan lalu, sempat geger tentang adanya beras plastik di negeriku. Negeri yang katanya gemah ripah loh jinawi. Negeri yang katanya lumbungnya padi. Eh nyatanya kok ya masih ada yang merecoki dengan berita katanya ada beras plastik ini. Duh....

Fenomena beras plastik ini memang santer terdengar hingga satu bulanan. Membuat masyarakat resah dengan adanya berita ini. Mamakku yang kala itu kutelpon pun juga ikutan resah, " Kok wong dukur ki ra wedi karma?" katanya setelah memberitahuku akan keresahanya. 

Ah, apakah karma berlaku bagi mereka yang di atas sana? rasanya kok nggak ya.

Nah, ngomong-ngomong masalah beras plastik, rasanya gambar ini bisa mewakili keresahan kita selama ini. Dari dulu, kita juga memakannya bukan. Jangankan beras plastik, ikan gabus, ubi kayu, gula pasir, kacang tanah dan bakso kerikil saja pernah kok kita makan. kalau yang belum sih monggo dicoba. nggak beracun layaknya keong racun yang sering nongol di tipi-tipi itu loh.

Jadi keinget pembantu pertama di rumah ini. Dia paling anti minum air rebusan dari kran. Air minumnya beli sendiri dan dipisah (tidak untuk Mama dan kakek).  squint emoticon Katanya, jijik minum campur mereka squint emoticon tujuh bulan, mbak e diinterminit squint emoticon Dan, Alhamdullilah simbok mengambilku yang sekarang ini mau kontrak ke-3.

pacman emoticon Wes to pokoknya, sebelum makan berdoa dulu. Moga-moga diberi kesehatan dan nggak keracunan kiki emoticon

Rencana Allah itu memang sebaik-baiknya rencana (aku lupa pepatah e bilang gimana)


so buat kalian yang masih ragu, apakah beras itu plastik atau bukan, coba deh berasmu itu dilempar ke jalan. Bila yang memakannya itu ayam, nah udah bisa dipastikan beras itu asli. Tapi jika yang mengambilnya pemulung, udah bisa dipastikan itu beras plastik xixixixix soalnya plastik mahal brow

dan banyak dicari tuh sama pemulung, yah daripada disebar. Mending dikasih pemulung untuk tambahan modal hidup .








Readmore → Indonesia Memang Hebat (Heboh Beras Plastik)

Rabu, 27 Mei 2015

Aku (Soe Hok GIe), Puisi Dan Orang-Orang Yang Berbaik Hati

Gie



Minggu kemarin, tepatnya tanggal 10 Mei 2015 adalah hari yang kesekian aku berdiri di atas panggung kreasi. Bukan untuk mengambil hadiah sih, hanya untuk membaca sebuah puisi yang kubuat sendiri. Nervous, deg degan dan segala macam penyakit demam panggung itu merasuk begitu saja dalam diri ini. Peluh senantiasa bercucuran, tatkala menunggu waktu yang tak kunjung datang. Menunggu adalah sebuah pekerjaan yang memang menyebalkan. Awalnya aku pikir, semua akan selesai setelah jam 11.00 am dan aku bisa pulang tepat waktu. Ternyata tidak, gegera ada gangguan teknis di sana, terpaksa waktu diulur hingga hampir jam 1:00 pm lebih. Jujur, hari itu aku memang tidak diperkenankan untuk libur, soalnya sudah janji sama majikan untuk makan bersama di rumahnya. Tapi alhamdullilahnya dari waktu yang terlambat itu, Tuhan memberiku sebuah kesempatan dan bantuan.

Tuhan memberiku kesempatan untuk bertemu orang-orang hebat pada hari itu. Seperti Mbak Ryan Aryanti (ketua Aliansi Migran Progresif). Bunda Mega Vristian (salah satu juri lomba puisi) yang sempat aku ajak salaman untuk mengurangi sedikit nervousku. Mbak Ilalang Viktory yang dengan baiknya mau meminjami baju plus memake over wajahku. Mbak Luluk Andriyani yang dengan baik mengajariku cara membaca puisi itu bagaimana. Pak Din seorang guru biola yang ada di Hongkong dan masih banyak yang lainnya yang mungkin tidak bisa aku sebutkan. Mereka semua dengan baik hati mau memberiku semangat dan membantuku dalam pentas siang itu.

Dengan pelukan hangatnya, mbak Ilalang memberiku masukan bagaimana cara membaca puisi saat pentas nantinya. Dia juga memberiku pilihan untuk membawakan puisi bersama instrument biolanya mbak Luluk Andayani atau membawakannya sendiri. Jika kupikir, mana ada orang yang mau membantu seperti itu, dadakan pula. Ah, ternyata pikiranku meleset. Walau aku dan mbak Luluk belum kenal begitu dekat dan hanya sebatas Facebook, ternyata beliau mampu akrab denganku saat pentas kemarin. Alhamdullilah, cukup bersyukur atas semuanya yang Tuhan berikan padaku hari itu.

Harusnya kemarin juga aku bersama Gie, - walaupun hanya kaosnya saja yang mampu bersamaku- ia adalah salah satu orang yang paling membuatku semangat dalam acara kemarin. Namun sayang, aku tak bisa bersamanya dan harus melepaskannya saat detik-detik pementasan. Aku harus rela tak bersama Gie karena harus berganti kostum. Memakai baju pinjaman dari mbak Ilalang. Duh tak kusangka bakal seribet itu. :D 

Bagaimana rasanya tampil di panggung?

Yang jelas nervous banget. Perform pertama yang buruk, menurutku. Aku pikir, membaca puisi ya hanya sekedar membaca saja. Melagukan yang perlu. Dan yah tentunya dengan ekspresi yang mungkin membuat orang merasa tambah terkesimak dengan kita. Ternyata dalam membaca puisi juga membutuhkan penampilan yang memadai. Aku yang sejatinya tidak suka pakai make up, harus bersentuhan dengan peralatan itu. Membuat wajah kalemku menebal. Aku seperti orang aneh pokoknya kalau pakai make up. Hahaha mungkin tidak terbiasa saja. Saat habis pentas dan mengaca rasanya ada yang beda. Ini seperti bukan wajahku. Seperti habis bedah plastik tapi gagal. 

Setelah menunggu waktu yang sejatinya lama, akhirnya apa yang menjadi kewajibanku tiba. Aku masih ingat betul saat mata ini hanya terfokus pada dinding-dinding dan langit-langit yang memang mampu mengurangi sedikit rasa nervous yang kian menyeruak dalam jiwaku. Ah, maklum baru pertama kali. Ya, gitu. Apalagi pas di tengah pembacaan puisi, ponselku mendadak mati. Puh, betapa kelabakannya aku. Secara aku nggak ingat pasti apa kelanjutan puisi yang aku baca, bih rasanya aku pengen minta maaf detik itu juga kepada para penonton. Tapi, aku nggak kekurangan ide, dua bait puisinya aku ulang dan aku tambahi kata-kataku sendiri. Bagi yang sudah merekam pasti tahu, dua bait puisiku ada yang tak ulang kemarin. Lupa kata-katanya, soalnya hanya sekejap melintas di pikiran. Haduh, jan pengalaman yang bisa kuceritakan pada anak dan cucuku nanti.

Sebenarnya. hari itu bukanlah soal piala yang ingin kudapatkan. Aku berharap Tuhan memberiku kesempatan untuk lebih berani dan percaya diri di depan orang banyak. Dan Alhamdullilah kesempatan itu datan menghampiriku.  Sungguh, kesempatan itu hanya datang sekali dan jangan pernah kita menyia-nyiakannya. Seperti halnya waktu yang hanya melintas sekali dalam hidupmu.



-----Piala memang bisa dibeli dan bisa ditulisi sendiri. Piala memang tidak bisa dijual untuk memenuhi kebutuhan hidup kita nanti. Tapi dengan piala, kita mampu menceritakan dan memperlihatkan kepada orang-orang yang menganggap rendah profesi seorang BMI (Buruh Migran Indonesia) bahwa ini loh kami. BMI yang tak hanya sekedar jadi pembantu rumah tangga di luar negeri. ------

Salam Malam Untuk Kita Yang Jauh Dari Bumi Pertiwi.
                                                                                               *** 
Darah Juang-By Me

Tahun demi tahun silih berganti
Darah juang Raden Kartini
Masih jua bergelora dalam sanubari
Masa-masa Penjajahan itu telah sirna
Berganti cahaya merdeka
Ke seluruh pelosok Nusantara
Namun tidak untuk kaum Hawa

Lihatlah...!
Masih banyak diskriminasi
Mereka dieksploitasi
Dan menjadi perahan tikus-tikus berdasi

Lihatlah...!
Walau segalanya telah berubah
Hak wanita tetap saja dijajah

Apa kau tahu, Bu...

Semangatmu senantiasa mengalir 
Di atas perjuangan kami yang terus bergulir
Tak perduli rasanya sakit
Kami mencoba untuk terus bangkit

Dari sebuah kekangan
Dari sebuah larangan
Dari sebuah keterbelakangan
Dan dari sebuah aturan

Lihatlah, Bu...

Kami terus bangkit..
Mengejar sebentuk harap dan cita
Demi kesejahteraan bangsa

Kami terus bangkit
Di atas kebiadaban penguasa 
Yang merenggut kebebasan kaum Hawa

Di mana hak asasi yang mereka serukan
Di mana kesejahteraan yang mereka elukan

Bu....
Mimpimu.... 
Mimpi kami....
Kobarkan Emansipasi

Bu...
Semangatmu yang tak lekang oleh waktu
Akan terus berkobar
Di dalam setiap nadi
Darah juang ini



Readmore → Aku (Soe Hok GIe), Puisi Dan Orang-Orang Yang Berbaik Hati

Kamis, 21 Mei 2015

20 Mei 2015 (Reformasi Sekarang Dan Dahulu)

Sempat tersiar kabar bahwasanya kemarin akan terjadi pergolakan besar-besaran di tanah air kita, Indonesia. Bahkan, isuyang telah heboh di berbagai media sosial sebulan sebelumnya. Yang justeru membuat beberapa kawan Facebookku bersitegang. Aku memang tidak pernah ambil peduli dengan suasana politik di tanah air. Karena bagiku, hidup ini berjalan. Biarlah aku dengan sisiku yang lain menonton dan melakoni apa yang sebaiknya dilakoni.

Seperti halnya kawan-kawanku yang tengahheboh dengan aksi-aksinya di dunia maya. Aku juga ikut heboh dengan majikanku di sini. Pasalnya, hampir seminggu ini aku bekerja di sana dan melihat banyak makanan kadaluarsa yang belum sempat termakan harus dibuang begitu saja. Jian sai-saijin majikanku ini.

Aku pun sempat mendemonya, memberikan foto-foto makanan kadaluarsa yang masih juga tersimpan di almari es dan tempat penyimpan makanan di rumahnya.  Bayangkan saja, banyak coklat, roti dan susu yang terpaksa harus kubuang dengan cuma-Cuma. Padahalkan bisa kumakan. Mubazirlah kalau harus dibuang. Kalau diberikan padaku kan itung-itung memberi asupan gizi buatku yang memang membutuhkan makanan untuk sebuah pendewasaan. Huft...


Berbicara tentang 20 Mei yang katanya akan ada demo besar-besaran di Indonesia untuk memulangkan Pak Presiden ke tanah Solo,ternyata hal itu tidak terjadi kemarin. Padahal, gembar-gembornya di media sosial kayaknya Wah gitu. Eh, ternyata Cuma gedabrus. Nggak masalah sih kalau memang kenyataanya seperti itu. Toh dengan seperti itu Indonesia aman dari kerusuhan. Malah katanya sebagian dari mahasiswa itu justeru mendapat beasiswa dari pak Presiden. Yah, bersyukur daripada kena sekap pas seperti jaman dahulu kala.



Aih, lucunya negeriku. Selalu saja heboh dengan kejadian yang belum jelas adanya. Ya, kebanyakan mereka itu memang suka heboh sendiri sih. Jadi wajar saja bila hal kecil menjadi sesuatu yang dengan secepat kilat meluap.

Menurut orang Jawa --- Obah Ae Salah---Obah ae Owah--- Opo meneh yen nggak obah--- Nah, begitulah peran pemerintahan sekarang ini.

Peristiwa 20 Mei kemarin, sebenarnya juga hari bersejarah buatku. Bersejarah karena aku telah berhasil mendemo Simbok untuk memberikan sebagian makanannya. Itung-itung daripada dimakan tikus. Ya mending dimakan orang toh. Lagian belinya juga pakai duit. Masak dibuang begitu saja. Sayang kan?

Rumah simbok itu memang seperti supermarket. Banyak makanan dan minuman yang memang tersedia gratis di sana. Namun,aku tak berani menjarahnya. Walaupun sudah diberikan ijin penuh untuk makan tapi tetap sajalah aku harus jaga Image sebagai pembantu yang manis dan nggak kebanyakan makan. Secara, aku sudah terlalu gemuk dan banyak menimbun beberapa lemak di badan.



Aih, sungguh dulu badanku nggak segemuk dan setembem ini. Memang sih setiap manusia pasti dan akan berubah seiring dengan perkembangan jamannya, termasuk aku dan 20 Mei yang setiap tahunnya akan berubah menurut perkembangannya.

Pesan dari om Bule di acara Masih Dunia Lain, Santai aja, Brow.  Jangan emosional. Hidup itu harus damai. Buat apa berisik-berisik.  Buat apa ribut-ribut. Damai itu indah.”

Nah makanya aku tak suka lagi ribut dengan orang-orang yang mencari keributan denganku. Lebih baik diam dan melakukan hal lain. Ya seperti menceritakan hal-hal seperti ini. Walaupun dianggap nggak penting.Toh suatu saat, ketika aku telah menua, tulisan ini akan tetap bisa dibaca dan pastinya akan abadi sepanjang masa.

Keep Calm And Write On
<photo id="1" />
Readmore → 20 Mei 2015 (Reformasi Sekarang Dan Dahulu)

Senin, 18 Mei 2015

Testimoti TEntang Jengkol

Jengkol Oh Jengkol
Sudah lama kiranya aku menginginkanmu
Mencicipi aroma tubuhmu yang katanya membuat orang pingsan seketika

Ah, Jeng-kol 


Akhirnya semua terbayar sudah. Kemarin, untuk pertama kalinya aku bisa makan jengkol. Berkurang sudah rasa penasaranku akan makanan yang satul ini. Alhamdullilah, setelah  enam belas tahun lamanya (banyangkan enam belas tahun, Rek) mimpi untuk makan jengkol ini bisa kupenuhi. Eh ini bukan mimpi kala tidur loh tapi ini sebuah mimpi yang memang membuatku susah bobok. Macam mimpi ditemui sama mantan dan dianya bawa pendampingnya yang sekarang. Heuh...

 Terkadang pula, aku harus memendam semua pikiran yang terus saja menghantuiku ini. Pikiran kapan bisa makan jengkol dan tentunya selalu punya pikiran kapan bisa bertemu dengan masakan yang satu ini. Jengkol yang menurutku langka ini sangat banyak manfaatnya juga loh. Selain bisa menyembuhkan penyankit kangker, jengkol juga bisa membuat tidur kita semakin nyenyak. Pules dan tentunya seperti obat tidur yang memang mujarab bagi mereka yang sakit. Tapi ya jangan sampai kebanyakan. Entar bisa overdosisiso mendem Jengkol kalau kebanyakan. Soalnya kemarin, setelah makan jengkol beberapa keping, mata ini seakan seperti terkena castol. Lengket bagai kena pelet. Biuh... jian rasa kantuk itu merajalela hingga keesokan harinya. Ndak percoyo nyoba o. Bagi yang belum makan usahakan mencoba sedikit dulu. 

Hari ini, jengkol yang kubeli dari tempatnya mbak Yuni Sze tinggal semangkuk kecil. Cuma tersisa beberapa keping saja. Lusa baru kumakan lagi. Maklum aku hanya beli dua Hap. Dan itupun untuk eksperimen saja. Soalnya, aku ingin membuktikan apakah besuk aku akan ngantuk seperti hari ini (tanpa makan jengkol) atau tidak. Eh, sebenarnya alasan ngantuk itu memang bukan karena jengkol sih. Itu karena aku yang memang doyan banget bobok. Tapi memang, gegara jengkol ini mataku sulit terbuka lama. Hawane pengen meluk Doraemon. Cuma malam ini saja, aku beli nai cha biar bisa nulis beberapa kata untuk blogku

Oh ya, jengkol yang kata beberapa sohibku bau itu, ternyata aromanya sama sekali tidak tercium kemarin itu. Aneh, kupikir akan sebegitu menyengatnya hingga membuat yang berdekatan dengan si pemakan atau pembuat  jengkol ini akan menjauh. Ya, hanya tercium aroma bubumnya saja, yang memang langsung membuat bibir ini terkunci dan berfikir seribu kali untuk mencobanya.

Makan, nggak? Makan, nggak? Makan, nggak?

Begitu kata hati saya. Lha soalnya melihat biji cabe yang bergentayangan menyelimuti badannys jengkol itu membuat perutku berteriak-teriak. Antara makan atau tidak. Secara aku nggak sebegitunya doyan pedes. Lha ini lomboknya mungkin sekilo dimasukin semuanya. Aih, pedesnya bikin bibir ini memerah. Semerah darah. Wes nggak perlu gincuan pokoknya. Sudah merah alami. Extra Hot - Plus. Bikin hidung juga mbele. Di badan juga terasa sekali panasnya. Yeah, kalau belum makan jengkol, usahakan makannya sedikit saja. Soalnya ya memang bikin kliyengan. 

Kemarin itu, nggak tau jengkolnya dimasak apa. Soalnya kan aku nggak tau bab permasakan. Adanya tinggal makan doank. Jujur, baru pertama ini makan jengkol ya ternyata nggak ada rasanya kecuali bumbu yang melekat itu. Jengkol yang kupikir kenyal seperti daging cecek (daging sapi yang kenyal) itu ternyata meleset, jauh dari dugaanku. Yang kupikir pula seperti ikan TOng-Kol, ternyata juga bukan. Jengkol itu seperti kacang atau seperti pete. Gepeng dan sedikit lebar. Masih bau pete sebenarnya-Yang kumakan seperti itu kemarin, dilarang protes- karena kenyataannya ya seperti itu. Apalagi kakakku yang ikut mencobanya pun juga berucap hal yang sama.

"Kemungkinan besar karena sudah dimasukkan frezzer, Ndra. Jado baunya nggak sebegitu amat. Karena memang, amat nggak begitu bau. Amat juga biasa pakai minyak Nyong-Nyong untuk mengurangi tingkat kebauannyaL Ya, seperti bau jengkol ini, yang tentunya sudah ternetralisir oleh waktu yang tidak sebentar. Jengkol pan adanya di Indonesia, kalau di Hongkong sendiri aku tidak tahu dimana bisa mendapatkannya. Soalnya di pasar tidak ada yang jualan jengkol. Smellty

Semoga kelak, aku bisa makan jengkol lagi. Yang lebih fresh. Yang baru metik dan Yah, tentunya yang lebih bisa membuat badan ini terhindar dari penyakit yang satu itu. Berharap, mas Ayank nggak protes kalau aku makan jengkol. Enak sih  walau apa yang ada dibayanganku tidak sama dengan aslinya. Ya, begitu juga dengan Mas Ayank, yang tentunya sekarang masih dalam Ayank-ayank. Eh….

Oh, ya... Kalau mau makan jengkol (di Hongkong khususnya) bisa pesan atau beli langsung di tempatnya mbak Yuni Sze di The Point lantai dua. Depannya Hemat CSL atau di samping toko Smartone CauseWay Bay.  Ok, selamat mencoba dan semoga kalian suka.

Thanks untuk para pembaca setiaku. Oh ya, apa kalian suka juga dengan jengkol? Share pengalaman kalian makan jengkol donk. Sapa tahu bisa buat bahan ceritaku :D Berhubung jam sudah menunjukkan pukul 11:34 pm WHK, kuakhiri cukup di sini ceritanya. Semoga besuk bisa lebih semangat lagi untuk nulis. Tulisan yang sempat tertunda tentunya. 

Hope, You can stand by Me. My Ayank.


Foto Jengkol Yang Sudah Makan

Readmore → Testimoti TEntang Jengkol

Featured Post

SEMUA TENTANG MAS KER