Sup Cindil Tikus Dan Sup Ular
Desember 2011 lalu, saat aku pertama kali kerja di rumah
majikan keduaku ini, aku menemukan sebotol barang keramat yang umurnya hampir
sama dengan umurku saat itu, dua puluh empat tahun. Kala itu aku nggak begitu
ngeh dengan benda keramat ini. Aku pikir, hanya sebuah pengawetan hewan yang
biasa dilakukan oleh orang-orang yang mungkin ingin mengabadikannya. Ternyata usut
punya usut, barang itu memang sengaja disimpan oleh Kakek dan baru ketahuan
saat aku datang ke rumah ini.
Horor, begitulah aku menyebutnya. Benda dalam botol ini
bukanlah Jin atau bangsa dedemit yang menghasilkan banyak duit. Ini adalah
cindil alias anak tikus yang baru lahir dan di awetkan bersama arak dan
nantinya bakal dibuat sup atau hanya diminum airnya saja sebagai obat
kuat. Setidaknya itu penjelasan dari
kakek.
Soal rasa? Ah jangan ditanyalah. Bikin mabok sembokl
maboknya. Kamu bisa membayangkan, tikus mati yang diawetkan bersama arak yang
umurnya hampir sama dengan umurmu saat ini. Kalau anggur sih nggak sebegitu
masalah ya. Karena dalam fermentasi, semakin
lama masanya, semakin enak dan nikmat saat meminumnya.
Pada tahun itu pun, aku sempat mengoktak Mamak dan menceritakan hal ini. Seketika itu
juga, Mamak langsung kena serangan Morning Sick. Wes macam orang hamil itu ae.
Aku dengerinya sampai nggak tega. Mungkin juga Mamak ketika itu keingetian dengan cindil-cindil tikus
yang memang menjadi penghuni tambahan di rumahku. Sekalipun telah di usir dan
dibasmi menggunakan racun yang dosisnya melebihi takaran, tetap saja itu Ibu tikusnya beranak
pinak. Malah semakin banyak. Ibarat kata sih ya, mati satu tumbuh sejuta. Apa kalian tahu? Tikus
itu sekali melahirkan bisa sampai 10-15 ekor. Dulu, pas jamanku masih SMP ada
sebuah penelitian yang menyebutkan bahwa untuk mengurangi tingkat kesuburan
kalian (ibu-ibu) bisa meminum atau mengkonsumsi sari pati dari pohon Jarak.
Entah daunnya atau getahnya aku lupa sih. Yang melakukan reset ketika itu orang
Bojonegoro. Dan sebagai bahan
percobaanya ya tikus ini. Karena hewan yang satu ini sanggat produktif dan
subur kandungannya. So, buat ibu-ibu yang nggak pengen hamil, nggak usah deh
suntik KB atau minum pil-pil itu. Salah-salah tambah bedah alias rusak di
tubuh.
Kembali ke cindil tikus, sore tadi selesai pulang membeli melon, aku tak sengaja lewat
di depan kios penjualan sup cindil dan ular yang letaknya tak jauh dari
rumahku. Belakang MC, tepat di jalan Hoi Pa Street (Tsuen Wan) atau kalau yang
ada di atau tepat di kanan kios ikan dan kura-kura langgananku. Tokonya kecil,
1x2 m perkiraanku. Tadi sih pengennya foto buat jadi bukti tentang ceritaku
ini, biar nggak disangka hanya bualan belaka. Tapi sayangnya sama pemilik took ndak
boleh. Maklumlah nggak pengen terkenal
mungkin. Kan siapa tahu, dengan aku mempubliskannya ada warga sekitar yang
tertarik untuk membelinya. Walau mungkin mereka nggak paham betul dengan
tulisanku ini. Seenggaknya kan bisa di translate sama Eyang Google.
Tentang sup ular, atau ular itu sendiri sih ya jelanya udah
pada tahu ya. Kalau makan ular itu bisa mempercantik dan meremajakan kulit. Bagus
katane buat kulit-kulit kita. Orang Cina suka sama makanan yang satu ini,
walalu hanya sebagian saja. Mulai dari rasanya yang enak dan empuk banget,
soalnya tanpa tulang. Nggak kalah deh sama KFC atau sejenisnya. Haram loh
katanya makan ular sih. Spalnya ular kan bertaring. Tapi nggak tau juga sih
bagi mereka yang doyan dan buat jamu. Urusan mereka sama Tuhan. Biarlah yang di
Atas memberikan petunjuk bagi mereka. Kita orang awam mah ndak perlu
ikut-ikutan,
Harga? Jangan ditanya jugalah. Mahal banget. Tadi diplakatnya
ditulis $300-$800. Nggak tahu juga sih, ini untuk yang ular atau cindil tikus
tersebut. Wong pas ditempelnya di toples cindil itu sih. Tadi juga pas lihat di
toko itu, dua orang lelaki dan perempuan tengah menikmati dengan lahap supnya. Aku
nggak berani memfoto mereka lah. Ntar malah dituntut hokum karena menyebarkan
sesuatu yang tanpa seijin yang empunya. So, fotonya cukup botol keramat ini
saja ya. Sudah habis sih isinya. Botolnya pun telah berpindah tempat. Ya semoga
saja para tikus-tikus itu nggak berontak karena bayi yang mereka lahirkan
dibuat sup oleh bangsa manusia.
Andai si Akoh dekat sama rumahku, tak suruh angkutin
bayi-bayi tikus tanpa bapak yang tak bertanggung jawab itu untuk diawetkan. Pan
lumayan :v Tapi ya takut dosa sih ya. Kitanya
jadi pembunuh bayi-bayi yang tak bersalah. Eh.
Yaudah….berhubung telah panjang dan hari telah kelewat
malam, kuakhiri cerita ini sampai di sini saja ya. Semoga apa yang kita
dapatkan hari ini menjadi pencerah di
keesokan hari.
Selamat Malam Hongkong, Aku masih menyetiakan diri di sini
memandangi apa yang seharunya kujalani.
![]() |
Bayi Tikus yang telah di awetkan selama 24 tahun |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar