Senin, 18 Mei 2015

Testimoti TEntang Jengkol

Jengkol Oh Jengkol
Sudah lama kiranya aku menginginkanmu
Mencicipi aroma tubuhmu yang katanya membuat orang pingsan seketika

Ah, Jeng-kol 


Akhirnya semua terbayar sudah. Kemarin, untuk pertama kalinya aku bisa makan jengkol. Berkurang sudah rasa penasaranku akan makanan yang satul ini. Alhamdullilah, setelah  enam belas tahun lamanya (banyangkan enam belas tahun, Rek) mimpi untuk makan jengkol ini bisa kupenuhi. Eh ini bukan mimpi kala tidur loh tapi ini sebuah mimpi yang memang membuatku susah bobok. Macam mimpi ditemui sama mantan dan dianya bawa pendampingnya yang sekarang. Heuh...

 Terkadang pula, aku harus memendam semua pikiran yang terus saja menghantuiku ini. Pikiran kapan bisa makan jengkol dan tentunya selalu punya pikiran kapan bisa bertemu dengan masakan yang satu ini. Jengkol yang menurutku langka ini sangat banyak manfaatnya juga loh. Selain bisa menyembuhkan penyankit kangker, jengkol juga bisa membuat tidur kita semakin nyenyak. Pules dan tentunya seperti obat tidur yang memang mujarab bagi mereka yang sakit. Tapi ya jangan sampai kebanyakan. Entar bisa overdosisiso mendem Jengkol kalau kebanyakan. Soalnya kemarin, setelah makan jengkol beberapa keping, mata ini seakan seperti terkena castol. Lengket bagai kena pelet. Biuh... jian rasa kantuk itu merajalela hingga keesokan harinya. Ndak percoyo nyoba o. Bagi yang belum makan usahakan mencoba sedikit dulu. 

Hari ini, jengkol yang kubeli dari tempatnya mbak Yuni Sze tinggal semangkuk kecil. Cuma tersisa beberapa keping saja. Lusa baru kumakan lagi. Maklum aku hanya beli dua Hap. Dan itupun untuk eksperimen saja. Soalnya, aku ingin membuktikan apakah besuk aku akan ngantuk seperti hari ini (tanpa makan jengkol) atau tidak. Eh, sebenarnya alasan ngantuk itu memang bukan karena jengkol sih. Itu karena aku yang memang doyan banget bobok. Tapi memang, gegara jengkol ini mataku sulit terbuka lama. Hawane pengen meluk Doraemon. Cuma malam ini saja, aku beli nai cha biar bisa nulis beberapa kata untuk blogku

Oh ya, jengkol yang kata beberapa sohibku bau itu, ternyata aromanya sama sekali tidak tercium kemarin itu. Aneh, kupikir akan sebegitu menyengatnya hingga membuat yang berdekatan dengan si pemakan atau pembuat  jengkol ini akan menjauh. Ya, hanya tercium aroma bubumnya saja, yang memang langsung membuat bibir ini terkunci dan berfikir seribu kali untuk mencobanya.

Makan, nggak? Makan, nggak? Makan, nggak?

Begitu kata hati saya. Lha soalnya melihat biji cabe yang bergentayangan menyelimuti badannys jengkol itu membuat perutku berteriak-teriak. Antara makan atau tidak. Secara aku nggak sebegitunya doyan pedes. Lha ini lomboknya mungkin sekilo dimasukin semuanya. Aih, pedesnya bikin bibir ini memerah. Semerah darah. Wes nggak perlu gincuan pokoknya. Sudah merah alami. Extra Hot - Plus. Bikin hidung juga mbele. Di badan juga terasa sekali panasnya. Yeah, kalau belum makan jengkol, usahakan makannya sedikit saja. Soalnya ya memang bikin kliyengan. 

Kemarin itu, nggak tau jengkolnya dimasak apa. Soalnya kan aku nggak tau bab permasakan. Adanya tinggal makan doank. Jujur, baru pertama ini makan jengkol ya ternyata nggak ada rasanya kecuali bumbu yang melekat itu. Jengkol yang kupikir kenyal seperti daging cecek (daging sapi yang kenyal) itu ternyata meleset, jauh dari dugaanku. Yang kupikir pula seperti ikan TOng-Kol, ternyata juga bukan. Jengkol itu seperti kacang atau seperti pete. Gepeng dan sedikit lebar. Masih bau pete sebenarnya-Yang kumakan seperti itu kemarin, dilarang protes- karena kenyataannya ya seperti itu. Apalagi kakakku yang ikut mencobanya pun juga berucap hal yang sama.

"Kemungkinan besar karena sudah dimasukkan frezzer, Ndra. Jado baunya nggak sebegitu amat. Karena memang, amat nggak begitu bau. Amat juga biasa pakai minyak Nyong-Nyong untuk mengurangi tingkat kebauannyaL Ya, seperti bau jengkol ini, yang tentunya sudah ternetralisir oleh waktu yang tidak sebentar. Jengkol pan adanya di Indonesia, kalau di Hongkong sendiri aku tidak tahu dimana bisa mendapatkannya. Soalnya di pasar tidak ada yang jualan jengkol. Smellty

Semoga kelak, aku bisa makan jengkol lagi. Yang lebih fresh. Yang baru metik dan Yah, tentunya yang lebih bisa membuat badan ini terhindar dari penyakit yang satu itu. Berharap, mas Ayank nggak protes kalau aku makan jengkol. Enak sih  walau apa yang ada dibayanganku tidak sama dengan aslinya. Ya, begitu juga dengan Mas Ayank, yang tentunya sekarang masih dalam Ayank-ayank. Eh….

Oh, ya... Kalau mau makan jengkol (di Hongkong khususnya) bisa pesan atau beli langsung di tempatnya mbak Yuni Sze di The Point lantai dua. Depannya Hemat CSL atau di samping toko Smartone CauseWay Bay.  Ok, selamat mencoba dan semoga kalian suka.

Thanks untuk para pembaca setiaku. Oh ya, apa kalian suka juga dengan jengkol? Share pengalaman kalian makan jengkol donk. Sapa tahu bisa buat bahan ceritaku :D Berhubung jam sudah menunjukkan pukul 11:34 pm WHK, kuakhiri cukup di sini ceritanya. Semoga besuk bisa lebih semangat lagi untuk nulis. Tulisan yang sempat tertunda tentunya. 

Hope, You can stand by Me. My Ayank.


Foto Jengkol Yang Sudah Makan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Featured Post

SEMUA TENTANG MAS KER