Sabtu, 03 Januari 2015

Mar


Mar...! Astaga, Mar....! bodymu sexy sekali pagi ini. Semloyhai banget,  sudah mirip Maimar di film telenovela jaman baheula aja kau, hah...! Dulu bodymu kayaknya nggak seperti ini. Kau dulu gepeng plus kerempeng. Kok sekarang tiba-tiba gemuk, nylenuk, ginuk-ginuk pula. Hentakanmu bagai badak menggetarkan bumi. Apalagi egolanmu, puh... Macam peibahasa asem kecut gula jawa, semakin kecut tapi tetep menggoda. Aih.... Bagaimana bisa sekarang wujutmu berubah layaknya Sah-rini, Mar? Yang pabila berjalan menjadi sorotan televisi. Heuh... Kampretlah... kau, Mar. Bikin aku melongo sampai nggak mingkem-mingkem. Jamu cap apa yang kau minum itu? Mbok ya si Yanti itu dibagi resepnya. Biar dia rada nyempluk sedikit.

Oh, ya... Kemarin ada kabar burung tentang kau, Mar, dari Wak Taslim. Katanya, kau sudah migrasi ke sini. Aku sempat tak percaya kau ada di negerinya si Om Jacky Chan. Kau tau sendirilah, Wak Taslim itu tukang ngibul, omonganya nggak ada yang bener. E...La kok sekarang ndilalah kersaning Gusti Allah, aku bertatap muka denganmu. Alhamdullilah... banget. Tapi kok sifatmu masih sama, Mar. Masih seperti yang dulu. Pendiam dan tak banyak bicara. Tapi, yang membuatku bingung, kulitmu itu lo kok jadi putih langsat. Dulu, badanmu kuning kecoklatan, hampir setengah gosong macam pantat dandang. Jangan-jangan kau operasi plastik ya? Ingat, Mar... Jika kau operasi plastik bumi ini takkan bisa menerimamu. Kenapa? Karena plastik itu nggak bisa didaur ulang oleh tanah. Wes to percoyo aku, sak elek-elek e rupamu yo panggah tetep elek nak tumindakmu ora becik. So, don't try it. 

Tadi pun, aku sampai terperanjar loh saat Koko memberitahuku bahwa untuk menikmati dan merasakan setiap lekuk tubuhmu, aku harus mengeluarkan gocek yang cukup membuatku mengusap peluh. Bukankah kita karib, Mar? masak kau sebegitu tega membandrol dirimu sendiri. Apa kau nggak ingat? Dulu kita biasa bertatap muka. Berenang bersama di sungai. Kau selalu lari terbirit-birit dan berakhir megap-megap saat mentas dari sungai. Aku sering menertawai tingkah konyolmu itu. Mulutmu itu loh, sudah nyunsep diantara nonongmu terlihat seksi pula. Pengen tak remet-remet pokok e.

Hari ini kalau nggak gegara kakek menyuruhku mencari sosok sebangsamu yang ping ping( red. gepeng bhs Shanghai) tentu aku tidak akan bakar dupa plus nyumet lilin di rumah. Macam orang lagi ngepet tau nggak, Mar. Apalahi pas si Koko yang kutemui pagi tadi bilang, ''mo jin em sai mai, loh." Nggak ada uang nggak usah beli lah. Gegara kamu tak tawar. Siapa yang nggak  tertegun dan berhenti bernafas (satu detik) coba. Koko itu membandrolmu dengan harga yang tak tanggung-tanggung. Lima puluh sembilan dolar. Itu kalau di rumahku sudah bisa makan gethuk, kicak, cenil lan sak panunggalane sak kenyange, Mar. Bahkan, sampai blokek. 

Huwala, Mar... Mar... kau sekarang sudah mirip pekerja pronstitusi yang ada di gang Dolly.  Semua orang bisa menatapmu saat kau tak pakai baju. Memegangmu dengan seenaknya. Dan bila mereka tidak suka, bisa menghempaskanmu begitu saja. Tanpa perlu membayar pada orang yang dengan senang hati menjualmu. Namun, tempat itu sekarang sudah ditutup oleh Bu Rismawati. Ndak baik soalnya tetap mempertahankan kemaksiatan di muka bumi ini. Dunia sudah tua, Mar. Takut kena azab kayak peristiwa Lapindo. Semua desa yang ada di Porong, Sidoarjo karam. Ah, kau sudah tau lama lah. Kan, rumah pak De Mani dekat sekali sama daerah situ. Bahkan, dulu kau sering mengeluh, air yang biasa kau minum sudah bercampur lumpur. Kau juga sering keracunan, keluargamu pun ikut tewas dalam peristiwa mematikan itu, Mar. Aku turut berduka, Mar. Untuk bapak, ibu, kakek, nenek buyut dan sekrandah orang Indonesia. 

Ah, Mar.... aku terlalu berkeluh tentang perjumpaan kita. Mungkin juga kau tak sudi mengulang cerita lama. Aku tau sifatmu, Mar yang tak ingin mengulang sejarah. Sejarah yanh kelam tak perlu dikenang jika tetap memaksa untuk mengenang akhirnya pasti berubah menjadi dendam. Simpan yang baik-baik saja di hati agar lebih menentramkan nurani. 

Aku percaya, Mar. Kau masih menyimpan MUSTIKA MANIK ASTAGINA, yang mempunyai delapan daya untuk menjagamu dari hal-hal hina. Ah, aku pun masih percaya kau masih menjalankan ritual itu, Mar. Ritual yang semua orang tau dan paling banyak dikerjakan oleh bangsaku. Mar, aku akan tetap mengagumimu sebagai sosok seorang SEMAR, putra HYANG WISESA dari alam antah berantah yang terselip di dunia ini.













1 komentar:

  1. Semar datang kesini ganti nama jadi joung yi zhii hhhhhh dia seksi dan nikmat ;-)

    BalasHapus

Featured Post

SEMUA TENTANG MAS KER