Senin, 03 April 2017

Cerpen Festival Sastra Migran Indonesia (FSMI) : Janji Pelangi Di Banyu Mulok

Cerpen Yang Tayang Di Berita Indonesia Hongkong



Deburan ombak kian kuat menghantam batu karang. Sesekali tempiasnya menyapu wajahku. Entah, sudah berapa lama aku berdiri di sana. Mematung, menatap ombak yang bergemuruh di lautan lepas. Memekik, berdentum, bagai lantunan instrument musik yang menyayat ulu hati.

Angin dari segala penjuru arah dengan pongahnya menghempaskan rambutku. Membuatnya koyak tak beraturan. Tangan ini kian gemetar ketika detak jarum jam mulai menunjukkan waktu di mana aku harus bisa menerima segala kenyataan yang ada.

“Haruskah aku pergi dari tempat ini? Dan melepaskan segalanya begitu saja.”

Sekilas kutatap birunya cakrawala, tampak kosong tanpa adanya mega. “Sekosong itukah hatiku,” gumamku dalam hati. Bulir air mata yang sedari tadi kubendung akhirnya tumpah jua. Aku terduduk, di hamparan rerumputan. Tergugu dalam pilu.

***

Hari ini, terik mentari begitu menyengat kulit. Serasa tepat berada di atas kepala. Pukul dua belas siang, kami melanjutkan perjalanan ke arah selatan, kota Tulungagung. Ini adalah trip pertamaku dengannya. Gadis yang ada di belakangku saat ini, adalah sahabat sekaligus cinta pertamaku semasa kecil.

Kini, dia sudah beranjak dewasa rupanya. Waktu melesat begitu cepat ternyata. Hingga merubah segalanya dalam jangka yang sekejap. Dia nampak cantik dan anggun. Deretan giginya yang putih dan senyumnya yang berlesung, kian menambang rona cantik di wajahnya.

Dua puluh tahun, aku tak melihatnya. Bisa dibayangkan, betapa rindu ini tak bisa lagi dibendung. Saat pertama kali menginjakkan kaki di tanah kelahiranku, Tulungagung,  dialah orang yang pertama kali ada dibenakku.

Setelah dua jam berpacu dengan waktu, akhinya kami sampai di tempat yang dijanjikannya padaku. Tebing Banyu Mulok.  Sebuah hamparan rerumputan nan hijau dengan view lautan lepas, semakin menambah keeksotikan tempat ini.

“Apakah kamu tahu?” gadis bermata cokelat di sampingku terdiam sejenak,  menatap lurus ke arah laut lepas. “Di waktu yang sama ketika terik mentari tak sedang bersembunyi, kita bisa melihat pelangi di sini, tentu  tanpa harus menunggu hujan pergi.”

Aku menoleh ke arahnya. “Maksudmu, aku tak harus menunggu hujan datang untuk melihat pelangi di sini?” gadis itu pun mengangguk.

“Sttt… tapi jika kita beruntung,” lanjutnya diiringi gelak tawa. Deretan giginya yang putih dan sebuah lesung pipit yang terbentuk di wajahnya yang merona, kian membuat gadis di sampingku ini bagai bidadari yang jatuh dari khayangan.

“Ah, dasar kamu ini.” Kucubit pipinya, gemas. Dan gadis ini hanya bisa meringis saja.

Namanya An Zhen. Aku biasa memanggilnya Zhen. Gadis keturunan Tiong Hoa inilah yang banyak mengenalkanku pada indahnya bumi Indonesia. Tanah kelahiranku, yang sejatinya tak banyak kukenal. Lama berada di negeri orang, membuatku lupa akan keindahan yang sejatinya bisa kudapatkan di negeri kelahiranku sendiri, Tulungagung.

“Sebentar lagi, kamu akan melihatnya,” kata Zhen yang sontak membuyarkan lamunanku. Aku menoleh ke arahnya. Dilirik arloji hitamnya. Dan dia mulai menghitung mundur dari angka sepuluh hingga nol. Dan, sebuah pertunjukan bagai orkestra pun dimulai. Semburat pelangi dari ujung tebing timur dan dari ujung barat mulai muncul dan bersatu di tengah-tengah tebing.

Ombak yang menghantam tebing karang itu menjulang ke langit. Silih berganti, antara satu tempat ke tempat lain di sepanjang ‘Bukit Banyu Mulok.’

It’s amazing.

Mataku  berbinar-binar melihat kejadian yang sungguh membuat jiwaku bergetar. Ini kali pertama aku melihat kejadian yang sangat menakjubkan. Di hamparan rerumputan nan hijau yang di hadapannya terbentang laut lepas tanpa batas. Laut yang menghubungkan Indonesia dengan Samudera Hindia. Dan laut yang mempertemukanku kembali dengan Zhen.

“Bagaimana, kamu suka?” Aku menoleh ke arahnya dan mengangguk sebagai jawaban iya-ku. “Suatu saat aku ingin dilarung di tempat ini. Bertemu dengan ombak dan menyatu bersamanya,” lanjutnya.

Kini pandanganku terfokus pada Zhen. Gadis itu sibuk merapikan rambutnya yang tergerai berantakan.  “Apa maksudmu?” Zhen menoleh ke arahku . Senyumnya mengembang.

“Dalam tradisi keluarga kami. Pelarungan jenasah itu sangat baik dilakukan di tempat-tempat yang indah.” Zhen terdiam sejenak. “Aku telah berpetualang kebanyak tempat dan akhirnya menemukan tempat ini. Bukankah kamu bisa melihatku sebagai pelangi ketika aku tak ada di sismu nanti.”

Ada rasa yang mengganjal ketika gadis berusia dua puluh lima tahun itu berucap demikian. Sorot matanya yang tadinya teduh, kini berubah tajam. Seolah, dia telah mengetahui apa yang sebenarnya akan terjadi.

“Antarkan aku ke Goa Tan Tiek Soe ya, Ham. Aku ingin berada di sana beberapa hari,” pintanya. Dengan manjanya, Zhen mulai bergelanyut di lenganku. Aneh, tapi aku juga tak mampu untuk menolak permintaannya.

Matahari kian beranjak tenggelam. Menggoreskan semburat jingga di langit yang tadinya membiru. Zhen menggenggam tanganku di sepanjang perjalanan. Aku dapat merasakan kegusaran dalam hatinya.

Tapi apa?

Tepat pukul tujuh malam, kami sampai di Goa Tan Tiek Soe. Menurut cerita Zhen selama di perjalanan, Tan adalah tabib yang sangat terkenal pada masanya. Beliau disinyalir bisa mengobati segala macam penyakit, dari mulai ringan hingga berat sekalipun dan tanpa bayaran seperserpun.  Keluarga Zhen sudah menunggu anak semata wayangnya ini di depan pintu masuk gua.

“Terima kasih, Ham,” Zhen memelukku sesaat sebelum pergi menemui orang tuanya. Aku dapat melihat kegelisahan yang terpancar dari wajahnya. Wajah yang sesaat lalu cerita, kini tampak bermuram durja. Gadis itu, masih sempat melambaikan tangannya sebelum memasuki Goa itu. Aku masih bisa melihat senyumnya, yang aku yakin hanya dibuat untuk menentramkan hatiku.

***

“Ikhlaskan, Ham!” Sebuah tangan mendarat di bahuku. Membuyarkan anganku pada gadis itu. “Zhen sudah tenang di sana. Seharusnya bapak menceritakannya dari awal padamu, Nak.” Bapak Zhen menyerahkan sebuah bungkusan putih kepadaku. “Sudah waktunya.”

Tanganku kian bergetar. Aku memeluk bungkusan itu sesaat. “Kenapa secepat ini?”gumamku.

Zhen, disinyalir menderita autisme. Sedari kecil, dia diisolasi di Gua Tan Tiek Soe. Orang tuanya berharap agar dia bisa sembuh seperti anak-anak seusianya. Untung tak dapat diraih, malang pun tak dapat ditolak. Keluarga Zhen teramat bersyukur, bisa melihat tumbuh kembang puteri semata wayangnya hingga umur dua puluh lima tahu. Padahal dokter sudah memfonis bahwa Zhen tak akan bisa bertahan lama dengan keadaan seperti itu.

Hugh…

Aku berjalan menuju tempat yang dipintanya dulu. Merasakan deburan ombak dan menyaksikan indahnya pelangi sekali lagi. Ini adalah sebuah keberuntungan dan tentu sebuah kepahitan yang harus kurasakan. Telapak tanganku serasa membeku ketika merasakan abu putih itu. Jemari  ini terasa kaku saat menerbangkan abunya di hamparan laut lepas.

“Zhen, apakah kamu tahu perasaanku saat ini? Jika kamu bisa merasakannya dari sana. Inilah janji yang telah aku penuhi kepadamu. Janji pelangi yang mengiringi kekasih hatinya pergi.”

Sekali lagi, hantaman ombak itu selaksa memecah keheningan yang menyelimuti hati ini. Pelangi yang tadinya muncul dalam hitungan menit pun akhirnya ikut menghilang. Sungguh, ketika jiwa telah kembali kepada-Nya. Tak ada sedikitpun alasan untuk menolak takdir dan kehendak yang telah digariskan pada kehidupan kita.

“Selamat jalan, Zhen.”
_____________________________________________________________________
Cerpen ini terpilih sebagai juara 3 lomba cerpen Festival Sastra Migran Indonesia ke VI yang diadakan oleh Forum Lingkar Pena Hongkong. Alhamdullilah juga telah terbit di Koran Berita Indonesia yang ada di Hongkong. 

Hadiah Lomba Public Speaking dan Lomba Cerpen FSMI VI


Suatu anugrah dan rejeki, soalnya dapat hadiah tabungan BRI senilai Rp. 250.000. Plus hadiah menarik lainnya. Seperti tropi dan bingkisan buku. Lumayan, buat isi rak perpustakaan "Lentera Qalbu" di rumah. 

Cerpen ini terinspirasi oleh salah satu wisata pantai "Banyu Mulok"  yang ada di Tulungagung. Tepatnya di selatan kota, arah Pantai Popoh Indonesia Indah. Dan untuk Goa Tan Tiek Soe ini berada di kawasan Tenggara kota. Dua tempat ini sangat fenomenal sekali bagi warga tulungagung. Untuk cerita lengkap kedua tempat ini nanti saya akan bahas di lain kesempatan.

Terima kasih buat FSMI dan Berita Indonesia. Semoga ke depan semakin jaya plus bisa menyalurkan bakat terpendam bagi Para Pekerja Migran Indonesia di Hongkong.
Readmore → Cerpen Festival Sastra Migran Indonesia (FSMI) : Janji Pelangi Di Banyu Mulok

Sabtu, 01 April 2017

Lomba Opini BNI : Jaminan Pasti Dari BNI Untuk BMI

                 Aku masih ingat malam itu, setelah sore harinya menelpon sohib Sky LeoShop dan memberitahunya bahwa aku ingin ikut lomba opini dari BNI. Sohibku itu langsung pesemis, aku bisa menang. Soalnya pernah waktu itu, aku juga ikutan nulis opini BNI dan ternyata nggak nyrempet sama sekali.

               "Coba aja lagi, siapa tahu beruntung," katanya yang akhirnya membuatku semangat lagi.

              Seharian itu, aku tak kerja. Cuma menghadap layar monitor sambil menimbang-nimbang tulisan apa yang akan kumasukan dalam bahasan opiniku. Nulis, edit, nulis edit. Begitulah kiranya hal yang kukerjakan hari itu. Kebiasaan nulis, sambil ngejar deadline itu emang membuatku sedikit harus berpuas hati dengan hasil seperti ini.


Harapan 1 Lomba Opini BNI - Umum


            Tak mengapa, dengan seperti ini, aku harus banyak belajar lagi untuk lebih disiplin pada waktu. Pasalnya, ketika itu sudah mepet banget dengan deadline dan hanya tinggal menunggu detik lalu terkirimlah email itu di jam 12:00 malam, rasanya puas banget walau emang ada sih rasa deg-deg an. Bisa saja, tulisanku nggak diterima atau nggak masuk gegara deadlinenya udah masuk injury time. Pokoknya, malam itu bener-bener pening banget.

Tapi bersyukur juga gegara pas habis subuh dapat email seperti ini. 
Email Balasan Dari Panitia Lomba

               Email masuk dan diterima. Hufftt.... Akhirnya, tinggalah aku menunggu waktu pengumuman itu tiba. Rapalan doa tiap waktu kupanjatkan. Terbiasa begitu sih. hahaha mungkin sedikit nyeleneh dari yang lain. Tapi begitulah adanya. Berharap tembus dan dapetin hadiahnya. Lumayan sih soalnya.

               Dan beberapa minggu kemudian, dapat email untuk hadir memeriahkan acara yang diselenggarakan BNI dan UT Hongkong ini. Sayang banget, pas itu nggak bisa hadir. Nggak ada libur dan pas nggak minta jatah sama Simbok juga.  Pas dapat email untuk hadir itu sebenarnya, aku udah perasaan banget bakalan tembus tulisanku. Tapi nggak mau dahuluin takdir. Iya kalau tembus, kalau nggak? hihihi....

            Untuk mengobati rasa penasaran kalian, ini aku copas Opiniku yang telah kukirimkan hari itu. Dibaca sampai tuntas ya 😄😄😄 sapa tau, lain kali kalau kalian mau ikutan lomba opini, tulisan ini bisa jadi referensi kalian. 

            Langsung Capcuzzzz aja ya....

             Jaminan Pasti Dari BNI Untuk BMI

Sebagai Pekerja Migran Indonesia (PMI) kita perlu merencakan keuangan keluarga kita agar kelak sekembalinya di tanah air, kita tak lagi bingung. Hal ini sangat penting dipertimbangkan oleh PMI agar kelak dikemudian hari tidak mengalami penyesalan.

Ada empat bank terkemuka yang hadir menghiasi pasar perbankan luar negeri. Berbagai macam fasilitas mereka berikan kepada para nasabahnya. Dan kita sebagai para nasabah, tentunya harus pintar-pintar dalam memilihnya.

Salah satu hal terpenting dewasa ini yang perlu kita sikapi adalah memilih bank mana yang sekiranya cocok dan pas untuk kita manfaatkan kemudahannya. Dan saya menganjurkan bagi PMI yang saat ini bingung untuk memilih bank mana yang cocok untuk menyimpan uang kita selama bekerja di luar negeri lebih baik kita menggunakan jasa bank BNI.

Sebagai bank komersial tertua dalam sejarah Negara Republik Indonesia, tentu  tak perlu ditanyakan lagi bagaimana kredibilitas pelayanan BNI dalam melayani kebutuhan perbankan. Menurut catatan yang saya peroleh, hingga saat ini saja, BNI sudah mempunyai (total)  914 kantor cabang yang tersebar di seluruh Indonesia dan luar negeri.  Ini semakin menunjukkan bahwa ‘BNI Memberi Lebih’  banyak manfaat dalam kesistematisan bagi para nasabahnya.

            Bagi PMI yang saat ini berada di luar negeri pun ikut merasakan berbagai kemudahan melalui BNI Remittance. Dan kabar yang paling menggembirakannya lagi, terkhusus bagi para  Pekerja Migran Indonesia (PMI) yang saat ini berada di Hongkong, bisa menikmati berbagai macam tawaran menarik untuk menabung sekaligus mengirimkan uang kepada  keluarga di tanah air dengan cepat, aman dan lancar. Tidak perlu khawatir uang tidak sampai. BNI sudah menjamin semuanya, asalkan data yang kita berikan benar.

            Setiap harinya pun, BNI Remittace (yang ada di Hongkong)  terus memberikan inofasi dan berbagai macam promo menarik bagi para PMI yang bisa kita lihat di fanspage Faceboonya - BNI Remittance Limited-  yang mana hal ini semakin memudahkan nasabah di Hongkong untuk mengetahui berita  terupdate yang  diberikan oleh BNI untuk PMI.

            Untuk alternative lainnya, jika kita tidak mempunyai akun Facebook, BNI Remittance Hongkong bekerja sama dengan kartu As2in1 memberikan alternative lain untuk mengetahui update krus rupiah setiap harinya. Dan dalam hal ini, kita dikenakan biaya $1 saja.

BNI Remittace juga bekerjasama dengan Pegadaian, Kantor Pos dan Alfamart dalam pencairan dana di Indonesia melalui BNI Wesel Pin. Tentu hal ini sangat menggembirakan sekali. Keluarga kita jadi tidak perlu repot-repot pergi ke atm atau bank. Tinggal memberikan pin yang kita kirim dan dana langsung bisa dicairkan.

Bagi pengguna BNI Taplus, pencairan uang juga semakin mudah karena agen BNI 46 kini telah menyebar kurang lebih sekitar 8000 Agen BNI 46 di tingkat kelurahan di kampung halaman kita.

Nikmati gratis ongkos kirim untuk pembayaran paspor dan visa. Yang mana biasanya akan dikenakan biaya $30 per sekali transaksi. Memang sih hanya lima tahun sekali. Tapi rasanya sayang jika uang itu diberikan ke pada bank. Lebih baik kita buka BNI sekalian kita menabung, kita pula dapat untung.

            Tak hanya itu saja, 2014 lalu, BNI menambahkan dua unit mesin ATM lagi dan di tempatkan di CauseWay Bay. Yang mana, daerah ini adalah pusatnya para pahlawan devisa Indonesia berlibur. Bayangkan saja, kita bisa dengan mudah bertransaksi lewat ATM BNI ini tanpa perlu mengeluarkan biaya berlebih.  Hal ini sungguh berbanding terbalik jika kita harus bertransaksi –misalnya saja, kita ingin mentransfer uang yang ada di tabungan kita ke rekening Indonesia- lewat teller BNI.

Selain biaya yang dikeluarkan cukup mahal - dulu aku kirim sekitar $120 per transaksi- sampai di Indonesia pun memakan waktu hingga 10 hari. Dengan adanya mesin ATM ini, kita tidak perlu lagi mengeluarkan biaya yang berlebih tentunya. Sungguh, ini merupakan hadiah terindah dari BNI untuk nasabahnya, termasuk saya.

Bukan hanya sekedar promo menabung, BNI Remittace juga kerap kali menjadi sponsor perlombaan yang diadakan PMI Hongkong, yang hadiahnya lumayan ‘wow’. Jangan tanya berapa hadiah yang diberikan, pokoknya bisa buat kalian senyam-senyum sendiri.

BNI juga membuka ladang amal melalui wakaf Al Qur’an bersama BNI Syariah. Jadi selalin menabung kita juga bisa ikut pula beramal.

Saking cintanya PMI terhadap BNI ini, bisa kita lihat, setiap minggunya ada kisaran puluhan orang, rela mengantri berjam-jam demi ingin bertransaksi dan menikmati fasilitas murahnya lewat mesin ATM cabang CauseWay Bay. Ada beberapa bank Indonesia lain di Hongkong, tapi sayangnya hanya BNI yang menyediakan mesin ATM.

Sebenarnya ada sih, mesin ATM BNI lain yang terletak di Admiralty. Tapi tidak tahu kenapa, para PMI ini senang sekali mengantri di kawasan CauseWaybay ini. Menurut yang aku dengar, karena katanya di Admiralty itu kejauhan. Malas jika harus ke mesin ATM yang satu itu. Padahal, jika mereka mau lebih cepat dan tanpa antri, mesin ATM di Admiralty inilah yang seharusnya menjadi alternative terbaik agar tidak lama-lama berdiri menunggu giliran. Tapi ya mau bagaimana lagi, semua itu pilihan. Dan yang hanya bisa memilih ya si empunya kaki.

            Dalam masalah pelayanan pun BNI cukup baik. Dulu, saya pernah mengalami masalah dengan kartu ATM saya yang memang belum bisa aktif berbulan-bulan lamanya. Kenapa bisa sampai berbulan-bulan? Karena saat itu saya tidak tahu, jika kartu atm BNI ini belum aktif. Beruntunglah, ketika saya melaporkan permasalan ini, BNI langsung membantu saya untuk mengaktifkannya dan hanya berselang satu minggu saja, kartu ATM saya bisa langsung digunakan lagi.

Perlu diketahui, cabang BNI Remittance Hongkong juga ada di beberapa wilayah lain di Hongkong. Yang buka antara jam 09:00-17;00 WHK. Jadi kita tidak perlu repot-repot lagi, harus pergi ke pusat kota untuk sekedar mentransfer uang. Dan sekarang, hanya dengan hitungan jam saja, uang yang kita transfer sudah bisa diambil oleh keluarga kita di Indonesia.

BNI sangat berarti sekali bagi kami, PMI. Kita menjadi semakin dibantu dan dimudahkan dalam segala hal  tentang urusan keuangan.

Kawan, dewasa itu pilihan dan mati itu pasti. Jika kita tidak mempersiapkan sedari dini, lalu kapan lagi.Mari menabung, agar kelak kita menjadi orang yang beruntung.

Begitlah kiranya yang aku tulis untuk Lomba Opini BNI kala itu. Dan, Alhamdullilah dapat sesuatu yang memuaskan. Dan tinggal nunggu masa cairnya saja. Oh ya, kemarin pas buka rekening BNI dapat kaos juga. Lumayan banget dapat hadiah tambahan gratis ongkos kirim sampai Desember 2017.

Hadiah Tabungan Dari BNI
Hadiah Tabungan Dari BNI
                                                    

Ada Namaku di Berita Indonesia 




Terima Kasih BNI. 

Terima Kasih UT

Terima Kasih Berita Indonesia











Readmore → Lomba Opini BNI : Jaminan Pasti Dari BNI Untuk BMI

Mbak, Maaf Aku Selingkuh Dengan Suamimu

                Siang itu, aku mendapati kabar bahwa kamu dan teman-temanmu berkunjung ke Hongkong. Katanya sih transit. Karena, tak bisa langsung pulang ke Indonesia secara langsung. “Mahal di ongkos.” Itu alasan yang kamu utarakan padaku.

                Sebagai seorang istri, aku percaya akan hal itu. Aku masih terlalu awam untuk mengerti. Tapi sejujurnya, aku begitu khawatir. Beberapa bulan sebelum kejadian itu berlangsung, aku pernah diberitahu oleh karibmu, bahwasanya kamu sedang berusaha mendua di belakangku. Sebenarnya, aku tak ingin memercayai hal tersebut. Aku selalu berfikir, bahwa kamu adalah kepala rumah tangga yang bisa aku percaya, baik lahir maupun batin.

                Tapi semenjak  kejadian siang itu, aku percaya, bahwa apa yang kita pertahankan sedemikian rupa tak akan bisa bertahan lama jikalau salah satu dari kita tak jujur pada diri sendiri dan semuanya akan hancur pada waktunya, jika tak ada komitmen dan iman di hati untuk saling menjaga hati.
               
                Foto yang setiap hari berseliweran di beranda Facebook-ku beberapa hari ini adalah bukti hasil dari perselingkuhanmu dengan gadis itu. Teramat mesra sekaligus mesum, bagiku. Tak dapat kupungkiri, gadis itu memang cantik. Dibandingkan denganku, jelas kalah jauh. Aku bisa menafsirkan bahwa dia masih perawan. Tapi itu mungkin juga iya, hanya status di KTPnya saja. Toh pada kenyataannya, dia tak berbuat seperti gadis-gadis remaja lainnya. Dia justeru memilihmu sebagai pelampiasan nafsu. Jujur, aku tidak tahu apa maksud Tuhan dengan semua rencananya ini. Tapi yang aku yakini, bahwasanya aku telah salah langkah memilihmu sebagai pasangan hidup.

                Kamu tahu? Timelineku, penuh dengan ucapan belasungkawa dan simpati dari masyarakat luas yang mengetahui hal ini. Baik dari kerabat, teman bahkan orang yang tak kukenal sekalipun menyebar berita tentangmu. Tengtang hidupku dan keluarga kita. Mereka menyebarkan semuanya. Dari satu titik ke titik yang lain. Dari situs satu ke situs yang lainnya. 

“Apakah aku malu?”
               
                Jujur, aku malu sekali. Aib ini, seperti timah panas yang menembus tepat di jantungku. Rasanya aku telah mati seketika itu. Berhari-hari aku menangis. Tak ada satupun wanita yang kuat menghadapi segala kenyataan ini. Lagipun, bayi kecil  yang baru saja kulahirkan, ikut merasakan imbasnya. Air susuku tiba-tiba tak mampu keluar, sekalipun sudah dihisapnya berjam-jam. Dengan terpaksa, ayah dan ibukulah yang juga kerepotan dibuatnya.

                Sungguh, aku tak ingin menceritakan hal ini sebenarnya. Jikalau kamu, kamu dan kalian semua tak berusaha membuat hatiku sakit. Aku bukan seorang penulis yang handal. Yang bisa menuliskan diksi dan perumpaan yang baik untuk wanitamu itu. Sekaligus untukmu, ayah dari anakku. 

                Hari ini, aku mendapat sebuah pesan dari gadis itu. Dia meminta maaf atas tindakannya setelah foto dan video itu menyebar. Katanya, dia tidak tahu bahwa kamu telah beristri, pun jua beranak. Jika aku bisa memaafkan atas segalanya, mungkin aku akan memaafkan atas sikapmu dan perbuatan kalian. Tapi apalah dayaku. Aku manusia biasa yang punya hati dan juga akal. Tak mudah menghilangkan segalanya sekaligus memaafkan. Sungguh tak mudah. Dengan enteng sekali dia bilang, “Mbak, maaf aku selingkuh dengan suamimu. Jujur, aku tak tahu jika kalian sudah menikah”

                Di mana hati nuraninya sebagai seorang perempuan?

                Aku tahu, mungkin aku sudah tak semenarik dahulu. Jangankan untuk merawat diri, untuk mengontrol nafsu makan pun aku tak bisa. Perut ini terus saja lapar itulah sebab kenapa badanku kian melar. Tapi, sungguh tak mengapa bagiku. Aku berusaha memberikan yang terbaik untuk bayi kita. Untuk perkembangan dan nutrisi yang dia butuhkan.

                Aku yakin kamu tak pernah memikirkannya.

                Malam ini, aku memutuskan untuk berbicara dengan seseorang, yang kupercaya untuk menulis kisah antara aku, kamu dan selingkuhanmu. Otakku sudah buntu, batinku tersiksa atas segala apa yang kulihat. Seandainya tak kukeluarkan sekarang, mungkin aku bisa depresi. Yang lebih kutakutkan lagi, jika aku terkena Baby Blues Syindrome.

Gambar ini hanya sebuah ilustrasi

                Dan kamu tahu apa akibatnya?

                Ya, barang pasti bayi mungil yang kini dalam pengasuhan orangtuakulah yang akan kehilangan sosok ibunya. Aku tak mengapa jika takdir memisahkan kita. Sungguh, tak mengapa. Sudah kusiapkan hatiku jauh-jauh hari. Perpisahan itu mungkin adalah jalan yang terbaik atas segala sikap dan perbuatan yang kamu lakukan terhadapku.

                Malu rasanya, aku bertemu dengan orang. Pastinya kamu sadar, hidup di desa penuh dengan segala caci, maki dan benci. Salah melangkah saja, kita bisa menjadi bahan bullyan banyak orang. Jika kamu tak mengapa, tak masalah buatku. Tapi tak pernahkah sejenak kamu berfikir tentang anak yang baru saja kulahirkan.

   Bagaimana dia nantinya tumbuh?
   
   Bagaimana kujelaskan padanya tentang sosokmu yang meninggalkanku demi gadis itu?
               
                Sampai detik ini, kamu belum jua pulang ke rumah. Mungkin, kamu masih bahagia di sana. Dengan kekasihmu yang lain. Atau mungkin, kamu tengah asyik memadu kasih di tempat yang seharusnya adalah tempatku. Ah, aku hanya bisa memikirkannya, tak lebih.
               
                Buat kamu yang membaca tulisan ini, aku tak perlu rasanya memberikan maaf itu. Sebaiknya perpisahan adalah hal yang tepat yang harus kita lakukan. Aku tak ingin berlarut-larut dalam kesedihan yang berkepanjangan ini. Hatiku sudah teramat sakit dengan kejadian yang kudengar dan kusaksikan dengan mata kepalaku sendiri.

                Aku menyerah dengan segala ketidakkuasaanku.

                Dan buat kamu yang mengaku selingkuhannya. Apakah tak ada urat malu di dirimu? Tak adakah nurani yang bersemayam di tubuh indahmu itu? Aku tak menyangka hal ini akan menimpa diriku dan menghancurkan keutuhan rumah tanggaku yang selalu kujaga dalam doa. Mungkin, saat ini kamu dapat berbangga dan bersuka cita di atas deritaku. Tapi ingatlah, suatu saat, entah kamu, anakmu, cucumu atau bahkan generasi yang kamu turunkan akan bernasib sama denganku. Sungguh, itu adalah buah yang pohonnya tengah kamu tanam sekarang.


                Tak mengapa jika kamu bisa merebut kebahagiaanku sekarang. Walau sebenarnya, aku sendiri tak pernah ikhlas atas takdir ini. Tapi pada kenyataannya harus tetap kuhadapi. Aku merelakan dia untukmu. Wahai kamu gadis yang tak tahu malu.  
Readmore → Mbak, Maaf Aku Selingkuh Dengan Suamimu

Kamis, 30 Maret 2017

Euforia Audisi Lomba Dongeng KOTEMA (Komunitas Teater Matahari)

              Mendongeng dihadapan Emak-Emak ketjeh itu emang sesuatu banget. Rasa nervous dilihatin para penonton plus dewan juri, bisa membuat jantung berpacu 190 genjotan perdetik. Pokoknya berdetak lebih kencang dari biasanya. Kalau dihadapan anak kecil sih, masih biasa. Lha ini? Simbok e  anak yang dengerin. Bisa dibayangin? Ah, syuyahnya, Mbok.

                Minggu kemarin, 19 Maret 2017, KOTEMA (Komunitas Teater Matahari) ngadain audisi lomba dongeng nusantara loh. Sebagai Kung Yan yang budiman, ikutlah aku dalam acara tersebut. Memeriahkan sekaligus jadi ajang  memberanikan diri buat belajar edan seperti yang KOTEMA lakukan pas waktu manggung. Maklumlah, aku ini emang dalam kategori pendiam. Jadi acara macam ini sungguh membantu sekali. Nggak cuma lomba dongeng, ada juga lomba Photografy yang deadlinenya beberapa hari lagi. Info lengkapnya bisa di baca di foto ini. Atau bisa juga ke  Facebooknya Ayda Idaa.

Sayembara Lomba Mendongeng Dan Photografy Ala KOTEMA

               Dalam lomba mendongeng kali ini, aku membawakan sebuah cerita tentang “Nyi Roro Kembang Sore." Cerita turun temurun yang beberapa situs atau peninggalannya bisa kita lihat di beberapa tempat di seputaran Tulungagung. Bagi masyarakat TulungAgung sendiri, tentu nggak asing lagi dengan nama yang satu ini. Tapi buat yang belum tahu, nanti aku akan menceritakannya dilain kesempatan. Pokoknya ditunggu saja ya.

                Tentang audisi kemarin, aku bener-bener rempong. Maklumlah, I want to be a perfect. Walau pada kenyataannya -pas  hari H- jauh dari apa yang aku rancang sebelumnya. Sangat jauh malah. Hahaha… Tapi tak apalah. Ini adalah pengalaman yang membuatku belajar agar nggak terlalu grusa grusu. Aku akan menceritakan setelah ini tentang segala persiapan untuk audisi lomba mendongeng Nusantara.

                Memilih dongeng itu nggak mudah ternyata. Soalnya, aku harus menyiapkan konsepnya di otak juga. Kebimbangan akan dijiplak atau lebih tepatnya, “gimana ya, ntar kalau seandainya pesertanya juga membawakan dongeng serupa?” membuat otakku jadi kacau. Lebih tepatnya ragu gitu. Setidaknya, ada bebarapa judul dongeng yang bersemayam dalam otakku yang ingin kuceritakan dalam acara itu sebelum akhirnya memutuskan memilih "Roro Kembang Sore."

                Cerita Roro Jonggrang, Sangkuriang dan Luthung Kasarung, ketiga judul inilah yang sebelumnya berputar-putar di otakku. Namun rasanya, sudah banyak orang tahu tentang cerita itu. Dan pasti bakalan ketebak hasil akhirnya. Maka, segala rancangan yang pernah ada dan ku buat itu, kurubah.  

                   Melihat contoh pelafasannya di Youtobe adalah caraku untuk menghapal apa yang hendak aku sampaikan. Berulang-ulang mendengarnya, sampai akhirnya aku bosan.Lalu, menulis konsepnya di laptop. Mulai dari awalan untuk perkenalan, masuk ke inti dan salam.

Sebagian Konsep Rancangan Lomba Dongeng
                Setelah semua konsep terancang, barulah aku memikirkan, bagaimana biar performku bisa lebih baik lagi? Lalu, atas saran Eyang Google, mulailah ke pengerjaan kedua, yakni membuat alat peraga. Hal ini, memudahkanku untuk berimajinasi tentang dongeng yang akan kubawakan. Kurang lebih bentuk alat peraganya seperti ini.

Editing dadakan Via Photoshop Cs5 
                 Proses ini, memakan kurang lebih lima hari. Lama yo? iya. hahaha... soale harus nyari beberapa foto yang pas dan cocok buat modelnya. Ngeditnya sih bisa satu hari. Tapi untuk pemilihan fotonya itu loh, harus mikir bener-bener. Yah, berhubung, akunya PENS beratnya LEK MIN HOO, jadilah wajahnya dia aja yang aku edit. Nggak bisa bersanding dengan orangnya, yang penting bisa bersanding dengan fotonya. Tak apalah. 😁😁😁         

                Namun, yang paling ngeselin dari proses ini adalah proses cetaknya. Malam itu, aku benar-benar dibuat jengkel sama tukang print. Pasalnya, malam itu sempat seperti dikerjain. Pengennya ngeprint dengan ukuran A4 eh tapi malah adu mulut gegara dia nyetaknya seukuran foto di dompet. Nyak-Uplik di pinggiran gitu. Iya bener sih, kertanya ukuran A4, tapi lawong fotonya itu ukuran dompet. Rugilah aku $10 malam itu. Sayang, fotonya langsung aku robek di depan tokonya. Lalu, kubuang ke tong sampah gegara sebel. Jadi nggak sempat foto hasilnya.

                 Lalu, aku jalan-jalan ke Mall dan nemuin satu tukang cetak foto yang katanya juga bisa sekaligus ngeprint. Tapi syaratnya harus pakai memroy card. Aku, bergegas pulang untuk memindahkan foto ke memory card dan kembali lagi ke tukang cetak. Namun apa yang kudapat:? Tokonya udah tutup. Ampunnnnnnn...... 😭😭😭 pengen nelen tuh memory.

                 Akhirnya, keesokan harinya balik lagi aku ke tukangnya. Aku coba buat tanya dan memastikan lagi, apakah bisa ngeprint foto. Katanya sih bisa, namun apa yang terjadi. Selang nunggu satu jam, Jadilah seperti ini.
Pengennya Ngeprint Tapi Malah Cetak Foto

                      Pengennya sih ngeprint tapi entahlah, apa si tukang cetak itu rada EM-Meng atau Dheng Em To ya, hingga yang harusnya ngeprint malah jadinya nyetak. Rugi lagi deh $10. Kalau yang ini, eman banget mau diremas. Mau debat dengan tukang cetaknya juga males. Terpaksa deh, balik lagi ke tukang cetak pertama. Yang lebih dulu kurubah format dari JPEG ke Docx. Kalau nggak, bisa runyam kayak kemarin. Dan foto yang sebelah kiri itu sebagai hasil akhirnya. Puas sih, walau penuh kegemasan ngebayangin kejadian sebelumnya.

                     Proses editing dan cetak selesai. Kini, tiba saatnya, proses, pemasangan ke kardus. Memanfaatkan barang bekas buat performace. Dan jadilah semuanya seperti ini. 

Pict Card / Imagination Card
                     Di detik-detik terakhir, aku menambahkan pemain pendukung, seperti ibunya Roro Kembang Sore dan Ibunya Joko Bodho. Hikz.... Soale kalau cuma pake tiga karakter kayaknya kurang gimana gitu. Plus ada ekstranya. Foto kali lembu peteng dan gunung mbolo. Cerita tentang Balada Nyi Roro Kembang Sore akan aku sajikan di next episode saja. Hihihi.... biar yang ini jadi pengawal cerita dulu.

                     Sabtu sore, atau lebih tepatnya H-1, aku dapat pinjaman selndang beserta jarik dari mbak lantai 15 yang notabene perias. Senengnya tiada terkira, plus diajarin cara makainya juga. Maklumlah, aku ini tak pandai sama sekali buat dandan. Yang kutahu, selagi berangkat mandi, gosok gigi plus pakai baju rapi, sudah. Itu lebih dari cukup menurutku. Aku sih kebiasaanya gitu soalnya. Tapi berhubung kali ini, aku ingin menampilkan sesuatu yang terbaik dari sebelumnya, maka remponglah aku. 


Properti Tambahan

              Selendang dan Jarik inilah yang aku pinjam dari mbak lantai 15. Nggak modal banget yo. Lah ya biarin. Yang penting usaha dan semangatnya 45.Maju terrrruuuuusssss....

              Akhirnya, Hari Audisi itu tibalah jua.Setelahnya, ngrapal mantra. Bingung karepedewe. Wes pokok mbuh. Nggak tau kenapa kalau aku pengen libur dan ada acara itu, jadi seperti orang kalap. Makan nggak enak. Bobok nggak nyenyak. Ah, entahlah. Itu yang terjadi.
             
                 Simbok datang pukul 10:00 AM WHK. Aku masih nyuci piring sambil menghafal kosa kata. Macam anak SD yang mau ujian. Deg-deg-an itu sudah barang pasti.
      
                “Kok bisa gitu ya?”
            
                “Mbuh, aku dewe ya heran.”

                Dalam perjalanan, nggak berhenti-berhentinya berdoa. Semoga bisa sampai tepat waktu. Nggak ada halangan yang berarti. Sampai CauseWay Bay, nemuin customer yang mau ambil buku. Lanjut ke lapaknya Sky LeoShop buat ambil jilbab pesenan. Jilbab kuning atas itu adalah hasil beli dadakan dari lapaknya Sky LeoShop. Hahaha.... Aduh kalau inget betapa rempongnya aku hari itu, bisa bikin ngakak sambil nulis ini.Langsung setelah semua kelar,  capcuzzz ke Perpustakaan KJRI Hongkong. Beruntunglah, sampai sana, acara belum dimulai. Bersyukur banget.....

Audisi Dongeng Nusantara _Foto By Rhianti Sayda

                Duduk, sila langsung dandan. Maklum, belum sempat pakai jilbab tadi. Baru beli di sohib langsung pakai. No Cuci & setrika itu rasanya macam mana gitu deh. Pas detik-detik terakhir, aku memutuskan pakai Jarik buat roknya. :D Ngasal aja deh. Untung pernah ngelihat salah satu temen buat modifikasi Jarik jadi celana. Gegara malu buat ganti, terpaksalah aku dowbel rokku sama jariknya, walau bisa dibilang nggak matching banget. Iya jelaslah. :D apalagi pas aku tahu, masih pakai kaos kaki. Ya, ampun, macam orang edan beneran aku kala itu.
Saat Tampil Foto By Anna Ilham 

                Sebenarnya aku sudah menyiapkan selendang. Tapi gegara malu mau pakenya, jadi nggak tak 
pakai saja. Eh, dapat komen dari juri. Harusnya pakai pakaian tradisional saja. Hehehe maaf ya mbak Juri, masalahnya aku belum punya, jariknya saja pinjeman :D ntar deh aku beli biar tampil beda gitu & thanks sarannya jadi bisa bikin perubahan sebelum tampil deh.

                Pas tampil, sedikit banyak lupa dengan kata yang sudah kutulis :D nervous jadi hal pertama yang ngebuat jadi wuzzzzzz hilang semua ingatan di otak. Hahaha aduh emaaakkkk. Setelah pentas. Rasa campur aduk itupun berkurang, bahkan berangsur menghilang.  Alhamdullilah, dilema lomba siang itu berakhir dan sedikit banyak mendapat tips-tips perbaikan dalam berpenampilan. Dan satu hal lagi, semakin mengenal banyak orang plus teman baru.

                Ya, begitulah singkat cerita tentang lomba mendongeng Kotema minggu lalu.

                Special Thanks To

                Allah SWT atas kelancarannya
                Simbok (Majikan) yang udah ngijinin libur plus jaga nenek
                My Lope AyankKuh
                Sohib Alifa Hibatillah, Moet, Mbak Kembang Blitar, Mbak Lia, Leo SkyShop
                Mbak Nurlita yang udah minjemin jarik plus selendang.
                Mbak Naning Riwayati yang mendadak jadi sesi dokumentasi.
               
                Terima kasih banyak buat kalian semuanya. Semoga Allah SWT membalas kebaikan yang telah kalian berikan padaku. Amin…
                               

              
Readmore → Euforia Audisi Lomba Dongeng KOTEMA (Komunitas Teater Matahari)

Featured Post

SEMUA TENTANG MAS KER