Mendongeng dihadapan Emak-Emak ketjeh
itu emang sesuatu banget. Rasa nervous dilihatin para penonton plus dewan juri, bisa membuat jantung berpacu
190 genjotan perdetik. Pokoknya berdetak lebih kencang dari biasanya. Kalau dihadapan anak kecil sih, masih biasa. Lha ini? Simbok e anak yang dengerin. Bisa dibayangin? Ah, syuyahnya, Mbok.
Minggu
kemarin, 19 Maret 2017, KOTEMA (Komunitas Teater Matahari) ngadain audisi lomba dongeng nusantara loh. Sebagai Kung Yan yang budiman, ikutlah aku dalam
acara tersebut. Memeriahkan sekaligus jadi ajang memberanikan diri buat belajar edan seperti yang KOTEMA lakukan pas
waktu manggung. Maklumlah, aku ini emang dalam kategori pendiam. Jadi acara
macam ini sungguh membantu sekali. Nggak cuma lomba dongeng, ada juga lomba Photografy yang deadlinenya beberapa hari lagi. Info lengkapnya bisa di baca di foto ini. Atau bisa juga ke Facebooknya Ayda Idaa.
Dalam lomba mendongeng kali ini, aku membawakan sebuah cerita tentang “Nyi Roro Kembang Sore." Cerita turun temurun yang beberapa situs atau peninggalannya bisa kita lihat di beberapa tempat di seputaran Tulungagung. Bagi masyarakat TulungAgung sendiri, tentu nggak asing lagi dengan nama yang satu ini. Tapi buat yang belum tahu, nanti aku akan menceritakannya dilain kesempatan. Pokoknya ditunggu saja ya.
![]() |
Sayembara Lomba Mendongeng Dan Photografy Ala KOTEMA |
Dalam lomba mendongeng kali ini, aku membawakan sebuah cerita tentang “Nyi Roro Kembang Sore." Cerita turun temurun yang beberapa situs atau peninggalannya bisa kita lihat di beberapa tempat di seputaran Tulungagung. Bagi masyarakat TulungAgung sendiri, tentu nggak asing lagi dengan nama yang satu ini. Tapi buat yang belum tahu, nanti aku akan menceritakannya dilain kesempatan. Pokoknya ditunggu saja ya.
Tentang audisi kemarin, aku bener-bener rempong. Maklumlah, I want to
be a perfect. Walau pada kenyataannya -pas hari H- jauh dari apa yang aku rancang
sebelumnya. Sangat jauh malah. Hahaha… Tapi tak apalah. Ini adalah pengalaman
yang membuatku belajar agar nggak
terlalu grusa grusu. Aku akan
menceritakan setelah ini tentang segala persiapan untuk audisi lomba mendongeng
Nusantara.
Memilih dongeng itu nggak mudah ternyata. Soalnya, aku harus menyiapkan konsepnya di otak juga. Kebimbangan akan dijiplak atau lebih tepatnya, “gimana ya, ntar kalau seandainya pesertanya juga membawakan dongeng serupa?” membuat otakku jadi kacau. Lebih tepatnya ragu gitu. Setidaknya,
ada bebarapa judul dongeng yang bersemayam dalam otakku yang ingin kuceritakan dalam acara itu sebelum akhirnya memutuskan memilih "Roro Kembang Sore."
Cerita Roro Jonggrang, Sangkuriang dan Luthung Kasarung, ketiga judul inilah yang sebelumnya berputar-putar di otakku. Namun rasanya, sudah banyak orang tahu tentang cerita itu. Dan pasti bakalan ketebak hasil akhirnya. Maka, segala rancangan yang pernah ada dan ku buat itu, kurubah.
Cerita Roro Jonggrang, Sangkuriang dan Luthung Kasarung, ketiga judul inilah yang sebelumnya berputar-putar di otakku. Namun rasanya, sudah banyak orang tahu tentang cerita itu. Dan pasti bakalan ketebak hasil akhirnya. Maka, segala rancangan yang pernah ada dan ku buat itu, kurubah.
Melihat contoh pelafasannya di Youtobe adalah caraku untuk menghapal apa yang hendak aku sampaikan. Berulang-ulang mendengarnya, sampai akhirnya aku bosan.Lalu, menulis konsepnya di laptop. Mulai dari awalan untuk perkenalan, masuk ke inti dan salam.
![]() |
Sebagian Konsep Rancangan Lomba Dongeng |
![]() |
Editing dadakan Via Photoshop Cs5 |
Namun, yang paling ngeselin dari proses ini adalah proses cetaknya. Malam itu, aku benar-benar dibuat jengkel sama tukang print. Pasalnya, malam itu sempat seperti dikerjain. Pengennya ngeprint dengan ukuran A4 eh tapi malah adu mulut gegara dia nyetaknya seukuran foto di dompet. Nyak-Uplik di pinggiran gitu. Iya bener sih, kertanya ukuran A4, tapi lawong fotonya itu ukuran dompet. Rugilah aku $10 malam itu. Sayang, fotonya langsung aku robek di depan tokonya. Lalu, kubuang ke tong sampah gegara sebel. Jadi nggak sempat foto hasilnya.
Lalu, aku jalan-jalan ke Mall dan nemuin satu tukang cetak foto yang katanya juga bisa sekaligus ngeprint. Tapi syaratnya harus pakai memroy card. Aku, bergegas pulang untuk memindahkan foto ke memory card dan kembali lagi ke tukang cetak. Namun apa yang kudapat:? Tokonya udah tutup. Ampunnnnnnn...... 😭😭😭 pengen nelen tuh memory.
Akhirnya, keesokan harinya balik lagi aku ke tukangnya. Aku coba buat tanya dan memastikan lagi, apakah bisa ngeprint foto. Katanya sih bisa, namun apa yang terjadi. Selang nunggu satu jam, Jadilah seperti ini.
![]() |
Pengennya Ngeprint Tapi Malah Cetak Foto |
Proses editing dan cetak selesai. Kini, tiba saatnya, proses, pemasangan ke kardus. Memanfaatkan barang bekas buat performace. Dan jadilah semuanya seperti ini.
![]() |
Pict Card / Imagination Card |
Di detik-detik terakhir, aku menambahkan pemain pendukung, seperti ibunya Roro Kembang Sore dan Ibunya Joko Bodho. Hikz.... Soale kalau cuma pake tiga karakter kayaknya kurang gimana gitu. Plus ada ekstranya. Foto kali lembu peteng dan gunung mbolo. Cerita tentang Balada Nyi Roro Kembang Sore akan aku sajikan di next episode saja. Hihihi.... biar yang ini jadi pengawal cerita dulu.
Sabtu sore, atau lebih tepatnya H-1, aku dapat pinjaman selndang beserta jarik dari mbak lantai 15 yang notabene perias. Senengnya tiada terkira, plus diajarin cara makainya juga. Maklumlah, aku ini tak pandai sama sekali buat dandan. Yang kutahu, selagi berangkat mandi, gosok gigi plus pakai baju rapi, sudah. Itu lebih dari cukup menurutku. Aku sih kebiasaanya gitu soalnya. Tapi berhubung kali ini, aku ingin menampilkan sesuatu yang terbaik dari sebelumnya, maka remponglah aku.
![]() |
Properti Tambahan |
Akhirnya, Hari Audisi itu tibalah jua.Setelahnya, ngrapal mantra. Bingung karepedewe. Wes pokok mbuh. Nggak tau kenapa kalau aku pengen libur dan ada acara itu, jadi seperti orang kalap. Makan nggak enak. Bobok nggak nyenyak. Ah, entahlah. Itu yang terjadi.
“Kok bisa gitu ya?”
“Mbuh, aku dewe ya heran.”
Dalam
perjalanan, nggak berhenti-berhentinya berdoa. Semoga bisa sampai tepat waktu. Nggak
ada halangan yang berarti. Sampai CauseWay Bay, nemuin customer yang mau ambil
buku. Lanjut ke lapaknya Sky LeoShop buat ambil jilbab pesenan. Jilbab kuning atas itu adalah hasil beli dadakan dari lapaknya Sky LeoShop. Hahaha.... Aduh kalau inget betapa rempongnya aku hari itu, bisa bikin ngakak sambil nulis ini.Langsung setelah semua kelar, capcuzzz
ke Perpustakaan KJRI Hongkong. Beruntunglah, sampai sana, acara belum dimulai.
Bersyukur banget.....
![]() |
Audisi Dongeng Nusantara _Foto By Rhianti Sayda |
Duduk, sila langsung dandan. Maklum, belum sempat pakai jilbab tadi. Baru beli di sohib langsung pakai. No Cuci & setrika itu rasanya macam mana gitu deh. Pas detik-detik terakhir, aku memutuskan pakai Jarik buat roknya. :D Ngasal aja deh. Untung pernah ngelihat salah satu temen buat modifikasi Jarik jadi celana. Gegara malu buat ganti, terpaksalah aku dowbel rokku sama jariknya, walau bisa dibilang nggak matching banget. Iya jelaslah. :D apalagi pas aku tahu, masih pakai kaos kaki. Ya, ampun, macam orang edan beneran aku kala itu.
Sebenarnya
aku sudah menyiapkan selendang. Tapi gegara malu mau pakenya, jadi nggak tak
pakai saja. Eh, dapat komen dari juri. Harusnya pakai pakaian tradisional saja.
Hehehe maaf ya mbak Juri, masalahnya aku belum punya, jariknya saja pinjeman :D
ntar deh aku beli biar tampil beda gitu & thanks sarannya jadi bisa bikin
perubahan sebelum tampil deh.
Pas
tampil, sedikit banyak lupa dengan kata yang sudah kutulis :D nervous jadi hal
pertama yang ngebuat jadi wuzzzzzz hilang semua ingatan di otak. Hahaha aduh
emaaakkkk. Setelah pentas. Rasa campur aduk itupun berkurang, bahkan berangsur
menghilang. Alhamdullilah, dilema lomba
siang itu berakhir dan sedikit banyak mendapat tips-tips perbaikan dalam
berpenampilan. Dan satu hal lagi, semakin mengenal banyak orang plus teman
baru.
Ya,
begitulah singkat cerita tentang lomba mendongeng Kotema minggu lalu.
Special
Thanks To
Allah
SWT atas kelancarannya
Simbok (Majikan)
yang udah ngijinin libur plus jaga nenek
My Lope
AyankKuh
Sohib
Alifa Hibatillah, Moet, Mbak Kembang Blitar, Mbak Lia, Leo SkyShop
Mbak
Nurlita yang udah minjemin jarik plus selendang.
Mbak
Naning Riwayati yang mendadak jadi sesi dokumentasi.
Terima kasih banyak buat kalian semuanya. Semoga Allah SWT membalas kebaikan yang telah kalian berikan padaku. Amin…